♥ SIMPLE LOVE ♥ part 3
oleh Ade Novaa 'Alviader' Vladimir pada 18 Desember 2010 jam 17:21
Maaf baru bisa nge-post karna sesuatu dan lain hal :D
Dan maaf juga kalo singkat, aku harap kalian bakalan suka,
Happy read it :)
SIMPLE LOVE PART 3
“Udah ya Via, jangan nangis lagi. Aku nemuin ka Agni dulu ya ntar hukuman ku ditambah lagi.”Ujar Alvin semanis mungkin.
“Ikh apaan sih Alvin.” Sivia tertunduk malu mendengar perkataan Alvin yang dia pikir terlalu manis seperti orang tua yang lagi diemin anaknya.
“ehmmmm” Ify berdehem.
“Ify apaan sih, Alvin udah deh sana pergi.” Ujar Sivia kesal tetapi rona merah pipinya tidak bisa tertutupi bahwa sekarang dia tengah malu dengan ucapan Alvin barusan.
“ya udah deh, bye all, ntar tunggu gue ya” Alvin berlari menuju ruangan Agni.
***
“permisi senior izin masuk” Alvin memasuki ruangan itu dengan raut wajah yang sedikit tegang.
“ya” ujar Agni dengan wajah seperti biasa ‘menyeramkan’.
“tadi kakak manggil saya?” Ujar Alvin sedikit takut.
“iya, kamu kemana aja, kamu tadi nggak langsung ke aula kan?” Tanya Agni.
“ma-af kak ta-di a-ku ke-tidu-ran di-ta-man ,jadi nya nggak ke aula. Tadi di taman ada....” jawab Alvin terbata-bata.
“ada siapa? Hantu?” Tanya Agni.
“ada kak Gabriel sama kak Calista takut ngeganggu jadinya aku duduk di semak-semak, eh taunya ketiduran kak.” Jawab Alvin sejujur-jujurnya berharap dengan kejujurannya ia akan di bebaskan dari hukuman.
“ok, skarang kamu catatan materi ini, karna ini bahan yang di ajarkan di aula tadi.Kakak ke Aula dulu, kalo sudah selesai letakan kertas itu di meja kakak.” Ujar Agni sambil meninggalkan Alvin sendirian di ruangannya.
“waduw gue sendirian disini, gue sms Ipi dulu ah” ujar Alvin .
To: Ipi Ify
Py, lo ke ruangan kak Agni ya bareng Via temenin gue disini, kak Agninya di Aula
To: Kodok Alvin
Ah lu ngerepotin aje
Yelah gue sama Via kesana
T0: Ipi Ify
Yelah gue tunggu :D
**
“Via ke ruangan kak Agni yuk sekarang, Alvin sendirian minta ditemenin.” Ify
“kok nyuruh gue sih?” ujar Sivia heran.
“gue juga kale, masa’ Cuma lo sendirian.Jangan – jangan lo ...” ujar Ify memainkan matanya.
“apaan sih udah yuk kesana” ujar Sivia yang langsung menarik tangan ify.
***
“Alvin” ujar Ify sambil senyum senyum sendiri.
“apaan sih fy, lo gila ya. Baru dateng udah senyum senyum sendiri” Ujar Alvin heran.
“ini ni si Via semangat banget pengen buru kesini, ni buktinya dia narik gue” ujar Ify sambil tertawa.
“nggak enggak, bohong vin.” Ujar Sivia yang merasa benar-benar malu di depan Alvin.
“udah udah kalian udah nyatet materi di aula tadi belum?” Tanya Alvin sambil melanjutkan tulisannya lagi.
“belom” jawab Sivia dan Ify kompak.
“ya udah ni bareng nulisnya” Ujar Alvin yang masih sibuk dengan tulisannya.
***
“Iyel” Seru Agni kepada Gabriel. Kebetulan Gabriel lewat di depan Aula.
“knapa?” Jawab Gabriel lemas.
“lo knpa yel?” Tanya Agni lagi yang melihat wajah Gabriel yang Nampak pucat.
“gue yang nanya kok lo yang nanya balik sih? Udah gue lagi pusing” Ujar Gabriel kesal dan langsung meninggalkan Agni.
“HEY YEL, lo knapa sih sensi banget? Aneh lo” teriak Agni.
Gabriel hanya mengacuhkan Agni sambil menangkat tangan nya sebelah.
***
Pukul telah menunjukkan pukul 16.00 WIB saatnya pulang sekolah.
“akhirnya selesai juga, kalian udah juga kan?” Tanya Alvin sambil membereskan peralatan tulisnya.
“yap udah” jawab Ify.
“hey, Cakka kemana ya?” Tanya Sivia.
“munkin bareng anak anak yang lain, ya udah cepetan beresin kita mau apel pulang.” Ujar Ify yang segera membereskan buku-buku yang ada diatas meja Agni.
“yuk” Ujar Sivia sambil keluar dari Ruangan itu.
Mereka pun berlarian menuju lapangan, untungnya mereka sudah mengetahui jalan terdekat menuju lapangan. Melewati samping ruang matematika, lurus menuju belakang ruang computer, dan melewati jalan kecil yang menuju ruang multimedia, dan akhirnya sampai.
Mereka pun segera memasuki barisan dan bersiap-siap untuk apel pulang.
“Vi, kita duluan ya” Ujar Cakka sambil berjalan menuju gerbang sekolah yang dilanjutkan Ify dan Alvin.
“bye” ujar Sivia sambil melambaikan tangannya.
“Vi, cepetan naik” Ujar Gabriel.
“iya kak sabar.” Ujar Sivia.
Selama di jalan Gabriel hanya diam, setiap Sivia bertanya Gabriel masih saja diam. Begitupun di rumah, setiap mamanya berkata Gabriel hanya mengangguk, tanpa berkata sedikitpun.
“Via, kakak kamu kenapa?” Tanya Mama Via khawatir.
“nggak tau ma, ntar Via nanya sama kak Iyel” Ujar Sivia yang langsung menuju kamar Gabriel.
“kak, kakak knapa? Apa ini semua berkaitan dengan kak Calista?” Tanya Sivia yang mencoba memberanikan diri untuk bertanya walaupun dia merasa sedikit takut.
“baca” perintah Gabriel yang langsung melemparkan hp-nya kearah adiknya itu.
“jadi, besok kak Calista sudah pergi?” Tanya Sivia sedikit terkejut setelah membaca pesan di hp kakaknya itu.
“begitulah” jawab Gabriel singkat.
Sivia langsung keluar dari kamar Gabriel dan lansung menuju kamarnya yang tepat berada di depan kamar Gabriel. Sivia langsung menelpon Calista.
“halo kak Calista?” Ujar Sivia.
“iya, ada apa Vi?” Tanya Calista.
“lagi sibuk ya?” Tanya Sivia
“iya ni, lagi beres beres kepereluan untuk berangkat besok.” Jawab Calista.
“ganggu ga sih kak aku telpon kakak?” Tanya Sivia.
“sebenernya sih ganggu, tapi ya berhubung kamu udah nelfon ya udah deh mau ngomong apa?” Tanya Calista.
“kakak beneran mau pergi?” Tanya Sivia.
“ya iyalah sayang, semua udah siap tinggal keperluan untuk berangkat aja. Emang kenapa?” Tanya Calista.
“kak, kak Gabriel murung banget, kak Gabriel sedih banget tau kakak mau pergi besok” Ujar Sivia.
“Via sayang, semua orang yang sekarang ada disamping kita nggak mungkin selamanya menemani kita. Jadi kita harus siap menghadapi itu semua. Kakak percaya baik kamu maupun kak Gabriel pasti bisa hidup tanpa kakak. Kan sebelumnya kalian bisa hidup walau tanpa kakak” Ujar Calista.
“tapi kak, kakak jangan putus sama kaK Gabriel ya” pinta Sivia yang kini suaranya terdengar serak.
“Via, kakak egois kalau kakak masih pacaran sama Gabriel. Kakak nahan kak Gabriel untuk cinta sama orang yang nyata, yang selalu ada di samping kak Gabriel. Kakak nggak mungkin bisa bantu kak Gabriel setiap saat, karna kakak punya kesibukan kakak sendiri. Kakak, kamu, kak Gabriel punya masa depan sendiri, punya cita-cita yang mesti di perjuangkan. Kita nggak boleh gara-gara seseorang masa depan kita terabaikan. Inget waktu nggak mungkin terulang kembali, semua yang terjadi nggak mungkin bisa kita ubah, maka dari itu lakukan yang terbaik yang bisa kamu lakukan.” Ujar Calista.
“iya kak, Sivia ngerti. Sivia bakalan nasehatin kak Gabriel. Makasih ya kak atas semua semangat yang telah kakak kasih buat Sivia sama kak Gabriel. You’re the best. Besok jam berapa berangkat?” Tanya Sivia.
“oke no problem. Jam 9 pagi.” Ujar Calista.
“udah dulu ya kak, maaf kalo Sivia sama Kak Gabriel nggak bisa nganter karna Sivia masih Latdis. Bye kakak. We Will be miss you :’( “ Ujar Sivia.
“bye honey. Me too” ujar Calista.
Sivia segera menuju kamar Gabriel. Tanpa mengetuk pintu lagi
“kakak” ujar Sivia sambil senyum-senyum
“knapa lo?” Ujar Gabriel acuh.
“kita ke rumah kak Calista yuk” ajak Sivia dengan penuh semangat.
“knapa? Toh dia juga bakalan ninggalin kita kan?” ujar Gabriel cuek.
“kakak, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Perpisahan ada karna ada pertemuan. Semua orang yang ada disamping kita nggak selamanya bersama kita.” Ujar Sivia yang kini merasa geram.
“oh gitu?” ujar Gabriel cuek.
“kakak ngerti nggak sih kak yang namanya agama? Kakak tahu kan sama Tuhan? Tuhan nggak bakalan ngasih cobaan diluar kemampuan umatnya, tuhan sudah mengukur batas kemampuan umatnya.” Ujar Sivia yang matanya kita tampak berkaca-kaca.
“trus, kalo tuhan sudah ngukur kemampuan umatnya. Knapa ada orang gila hah?” ujar Gabriel dengan kasarnya.
“kak, tuhan tahu semua yang makhluknya nggak tahu. Mereka itu nggak yakin dengan kemapuan mereka, mereka terlanjur menyerah dengan keadaan, mereka nggak tahu yang namanya tuhan akan selalu memberikan yang terbaik untuk umatnya. Kakak sadar nggak sih, kehidupan kita masih panjang, kita nggak boleh tergantung sama orang lain. Walaupun pada hakikatnya kita makhluk social, tapi kita harus berjuang untuk hidup kita sendiri.” Ujar Sivia yang kini meneteskan air mata.
“maafin kakak vi, kakak terlalu memikirkan hal-hal yang nggak mungkin bisa kakak lakuin lagi bareng Calista. Kakak bakalan rindu dengan motivasi-motivasi yang diberikannya untuk kita.” Ujar Gabriel sambil menghapus air mata yang membasahi wajah cantik adiknya.
“kita harus yakin kak kita bisa tanpa kak Calista, kita bisa melakukan yang terbaik tanpa kak Calista.” Ujar Sivia sambil memeluk erat kakaknya.
“iya adik ku sayang” ujar Gabriel sambil mengacak-acak rambut Sivia.
“ikh kakak, ya udah yuk ke mall nyari sesuatu untuk kak Calista.” Ujar Sivia sambil berjalan keluar kamar Gabriel.
“oke, tunggu di bawah ya” ujar Gabriel.
Mereka pun pergi ke mall, satu per satu toko mereka masuki sampai akhirnya mereka sampai di sebuah toko yang terbilang sederhana tapi cukup menarik karna, pernak-pernik yang menghiasi toko ini sungguh elegant.sebuah toko yang bertemakan bintang, karna semua benda-benda yang dijual di toko itu berbentuk bintang semua.
“kak disini aja ya. Kakak cari deh yang mana menurut kakak cocok untuk kak Calista.” Ujar Sivia yang langsung melihat-lihat barang-barang disana.
“siip” ujar Gabriel.
Akhirnya sebuah kotak music kecil yang berbentuk bintang dengan hiasan yang berwarna-warni seperti pelangi menjadi piilhan Gabriel, sedangkan Sivia memilih sebuah benda yang berbentuk bintang yang terlihat biasa tapi, saat benda tersebut di tempatkan di tempat yang gelap akan memberikan cahaya yang berwarna-warni laksana pelangi.
“siap” ujar Gabriel.
“siap dong”ujar Sivia.
Mereka akhirnya pergi ke rumah Calista untuk mengucapkan selamat jalan dan memberikan sesuatu yang menurut mereka bisa membuat Calista ingat kepada mereka.
“kak Calista” teriak Sivia dari luar pagar rumah Calista.
“eh, Sivia, Iyel, ayo masuk” ujar Calista ramah sambil tersenyum manis.
“kak, selamat jalan ya, jangan lupain semua kengan-kenangan yang sudah kita alami bersama, jangan lupain aku sama kak Gabriel” ujar Sivia.
“pasti dong, kalian sesuatu yang berharga yang pernah kakak milikin, walau ini pahit, tapi tetap semangat ya. Yakinlah suatu saat entah kapan, dimana, kita akan bertemu kembali dalam suasana yang berbeda.” Ujar Calista bijak.
“iya , aku bakalan kangen sama kamu Ta, kamu baik-baik ya disana, raih semua impian kamu, jangan kecewain kita yang ngerelain kamu pergi,” ujar Gabriel.
“siip yel, kamu sama Sivia juga ya. Kita bakalan bertemu saat kita semua sudah berhasil meraih impian dan harapan kita semua.” Ujar Calista.
“pasti “ ujar Gabriel.
Mereka berbincang bincang sampai akhirnya waktu telah menunjukkan pukul 17.02 WIB.
“kak, kita pulang dulu ya, jaga diri baik baik.” Ujar Sivia,
“iya, kamu juga ya dek.” Ujar Calista.
“bye” ujar Gabriel sambil menghidupkan motornya.
“bye kak Calista, see you next time” ujar Sivia sambil melambaikan tangan.
“bye” balas Calista.
Pagi harinya Sivia telah bersiap-siap berangkat sekolah, Gabriel pun demikian.
“dek, inget ya. Kamu turutin aja apa kata senior, jangan ngebantah.” Ujar Gabriel
“siip” ujar Sivia sambil memberikan jempolnya pertanda dia telah ngerti akan hal itu.
Sivia dan teman-temannya yang lain mengikuti latdis dengan disiplin, tidak ada lagi yang terlambat, semua berjalan dengan lancar. Sivia melihat jam yang ada di tangan kirinya yang kini telah menunjukkan pukul 09.00 WIB pertanda bahwa pesawat yang ditumpangi Calista sudah take off. Di tempat yang lain Gabriel pun melakukan hal yang sama.
Continue >>>>>
maafkanlah cerita gaje ku ini :)
Jumat, 14 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar