The Rainbow of Friendship
Kehidupan itu penuh dengan cerita, penuh dengan warna selayaknya pelangi yang selalu datang seusai hujan. Pelangi yang memberikan warna warni di langit, pelangi yang selalu dinanti oleh orang-orang yang mengaguminya.
“ehm… pagi yang indah ditemani dengan pelangi yang cantik” ujar seorang gadis sambil tersenyum memandangi pelangi yang berada diluar jendela kamarnya.
Sivia segera menyiapkan perlengkapan sekolahnya dan langsung menuju ruang makan. Diruang makan tampak seorang anak lelaki yang sedang lahap memakan rotinya.
“Alvin tumben pagi pagi udah kesini ada perlu apa?”ujar Sivia.
“aku mau ngajakin kamu pergi bareng kesekolah ” ujar Alvin.
“oh, ya udah habisin dulu rotinya baru berangkat kesekolah” ujar Sivia.
“ok” ujar Alvin.
Sivia dan Alvin sudah bersahabat sejak kecil, rumah Alvin tepat berada di samping rumah Sivia, sehingga mereka sering menghabiskan waktu bersama.
5 menit berlalu, Sivia dan Alvin telah selesai sarapan. Alvin segera menghidupkan motornya.
“oh, ini motor yang kamu bilang kemarin?” ujar Sivia berjalan mengelilingi motor yang ada di depannya.
“gimana? Keren kan? Pasti Ozy dan genknya nggak akan menyombongkan motor barunya lagi, karna motor ku ini lebih keren dibanding motor mereka.” Ujar Alvin yang teringat kesombongan Ozy kepada teman teman satu sekolahnya.
“ya sudah Vin, orang kayak Ozy jangan di tanggepin. Biarin dia mau bilang apa.”
“ok bos. yuk berangkat ntar keburu macet” ujar Alvin yang segera menaiki motornya.
Perlu 15 menit dari rumah mereka menuju sekolah, dan ditambah macetnya Jakarta. Teriknya matahari tak menghalangi kedua anak ini untuk pergi ke sekolah. Untungnya mereka pergi menaiki sepeda motor kalau menggunakan mobil pasti akan lebih lama lagi untuk sampai ke sekolah. Dari kejauhan tampak gerbang sekolah yang tinggi menjulang di tambah anak-anak yang berbondong-bondong masuk ke dalam sekolah itu.
Alvin segera meletakkan motornya di tempat parkir. Tanpa Alvin sadari Ozy memandangi motor Alvin Muncul niat buruk Ozy untuk mengerjai Alvin, dan kebetulan pacar Ozy hari ini pindah ke sekolah yang sama dengan Ozy sehingga cara Ozy untuk mengerjai Alvin semakin mudah.
Bel masuk pun berbunyi, semua anak berlarian menuju kelasnya masing masing. Di kelas X. 4 datang seorang wanita ditemani seorang anak perempuan.
“Good morning class, today we have a new student from Yogyakarta. Ok girl can you introduce your self.” Ujar Miss Winda kepada anak perempuan itu.
“hello guys, my name is Ashilla Zahrantiara. You can call me Shilla. I come from Binus School. I live on Kamboja street no. 9 in Jakarta. Ok, I hope we can be friendship.” Ujar Shilla dengan fasihnya berbicara bahasa Inggris.
“ok, Shilla you can sitdown beside Alvin.” Ujar Miss Winda yang melihat bangku di samping Alvin kosong karena Irsyad tidak masuk hari ini.
“thanks miss” ujar Shilla sambil tersenyum.
Selama pelajaran bahasa Inggris Alvin hanya memandangi wajah Shilla, dia sama sekali tak memperhatikan Miss Winda mengajar. Sementara itu Sivia merasa risih dengan perlakuan Alvin. 1 jam pun berlalu begitu cepat, tak cukup 1 jam bagi Alvin untuk melihat senyum manis yang terukir indah di wajah gadis itu.
“ok class I give you home work for Friday, you can do exercise 8. ok thanks for your attention, see you next time.” Ujar Miss Winda kemudian meninggalkan kelas.
“Shilla mau ikut ke kantin?” ujar Alvin ramah.
“Ehm, boleh.” Ujar Shilla sambil tersenyum manis kepada Alvin.
“Vin, kayaknya aku nyusul aja ya. Aku mau ke perpus dulu” ujar Sivia sambil berjalan meninggalkan Alvin dan Shilla.
“Ok Vi.” Ujar Alvin.
“Cewek tadi siapa Vin?” ujar Shilla ramah.
“Itu Sivia sahabat aku. Yuk buruan, ntar rame nggak dapet tempat duduk” ujar Alvin.
Seperti dugaan Alvin, kantin sangat ramai di padati siswa siswi Global Islamic School. Untungnya Cakka dan Debo telah selesai makan, sehingga Alvin dan Shilla bisa duduk disana walau hanya 2 bangku di sudut kantin. Sementara itu Sivia hanya duduk di sebuah bangku taman. Sivia mengurungkan niatnya untuk pergi ke perpustakaan dan lebih memilih pergi ke Secret Garden, sebuah taman kecil yang berada di belakang sekolahnya. Tiba-tiba gerimis datang seakan-akan melukiskan perasaan Sivia saat ini. Entah mengapa Sivia kini merasa risih dengan perlakuan Alvin. Tetesan air hujan membasahi wajah Sivia, tapi dia tidak beranjak sama sekali dari tempat duduknya. Tiba tiba ada seseorang lelaki yang duduk disampingnya.
“kemana bodyguard mu?” ujar Gabriel.
“body guard yang mana kak?” ujar Sivia heran.
“itu loh yang selalu sama kamu kemana mana itu?” ujar Gabriel.
“oh Alvin maksud kakak? Alvin lagi sama Shilla di kantin.” Ujar Sivia.
“siapa Shilla? kenapa kamu nggak ikut?” tanya Gabriel lagi.
“Shilla itu anak baru di kelas kami. Lagian aku lagi pengen sendiri kak” ujar Sivia.
“nggak lagi marahan kan? Atau cemburu gitu karna body guard nya punya bos baru?” ujar Gabriel.
“nggak kok kak, aku lagi nggak laper” ujar Sivia.
“ya udah kakak duluan ya Siv” ujar Gabriel kemudian meniggalkan Sivia sendirian disana.
“iya kak” ujar Sivia ramah.
Gerimis pun berhenti tiba tiba datang sebuah pelangi yang cantik menghiasi langit yang kini tampak cerah.
“doooor” teriak seorang anak laki laki dari belakang Sivia.
“Alvin” ujar Sivia kesal.
“eits jangan marah dong.” ujar Alvin yang kini duduk di samping Sivia.
“Vin” ujar Sivia.
“apa” jawab Alvin.
“kalo kamu udah deket sama Shilla jangan ninggalin aku sendirian ya” ujar Sivia.
“kok kamu mikir begitu Vi? kamu itu sahabat aku dari kecil, masa’ gara gara Shilla kita jauhan.” Ujar Alvin yang kini melihat raut kesedihan diwajah sahabatnya.
“janji ya vin” ujar Sivia.
“iya, aku janji demi Secret Garden ini” ujar Alvin yang mencoba meyakinkan sahabatnya.
“inget nggak Vin pertama kali kita ngasih nama tempat ini Secret Garden?” ujar Sivia.
“inget dong, kan waktu mos kita ngumpet di sini untuk ngindarin tugas dari kak Gabriel, gara-gara kejadian itu sekarang kak Gabriel yang sering kesini.” Ujar Alvin sambil tersenyum mengingat kejadian waktu itu, waktu pertama kali dia dan Sivia kena hukum.
“syukur deh kamu masih inget.” Ujar Sivia.
Bel masuk pun berbunyi semua anak memasuki ruang kelas masing masing. Sekarang waktunya pelajaran yang paling dibenci Alvin, yaitu Sosiologi.
“kenapa sih haruss ada pelajaran yagn membosankan ini” ujar Alvin.
“sosiologi itu sebenernya menyenangkan loh Vin, coba deh kamu perhatiin waktu gurunya menerangkan pasti kamu mudah mengerti” ujar Shilla.
“aku usahin deh” ujar Alvin.
1 jam kemudian bel berbunyi yagn menandakan waktu pelajaran sosiologi telah usai. Alvin sudah berusaha untuk menyukai pelajaran yang terkesan membosankan baginya itu, tapi tetap saja dia tidak bisa.
“Gimana Vin, udah mulai bisa suka pelajaran Sosiologi?” ujar Shilla.
“ehm, kayak nya udah deh Shil, makasih ya sarannya.” Ujar Alvin berbohong kepada Shilla.
“Vin, Shil, aku duluan ya, aku udah di jemput papa.” Ujar Sivia yang langsung meninggalkan kelas.
“hati-hati ya Vi” sahut Alvin sambil melambaikan tangan.
“Shil, mau aku anter pulang?” tanya Alvin.
“ehm, nggak usah deh Vin, aku udah ditunggu orang di luar.” Jawab Shilla.
“ya udah aku duluan ya” ujar Alvin.
Hari hari berjalan begitu hampa bagi Sivia, kini Alvin lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Shilla. Sivia merindukan saat-saat ia bermain bersama Alvin di balkon rumanhya, belajar bersama, bahkan mengganggu Patton adik Alvin. Setiap hari Sivia hanya melamun. Rio dan Ify yang tak tega melihat Sivia seperti itu terus mencoba menghibur Sivia, mencoba untuk berteman baik dengan Sivia. Walau terkesan berbeda dengan Alvin yang selalu bercanda, tapi Rio dan Ify selalu berusaha untuk meyakinkan Sivia bahwa ia tak sendiri, dia masih punya banyak teman seperti Ify dan Rio yang akan selalu ada untuknya.
Pada saat jam istirahat Sivia memutuskan untuk ke Secret Garden sendirian, tanpa Sivia sadari Ify mengikutinya dari belakang.
“ kenapa ya kok Alvin sekarang udah berubah, udah jarang main bareng aku lagi. Aku Cuma ingin Alvin nggak ninggalin aku, nggak sibuk dengan urusan pribadinya. Mungkin aku terlalu egois, seharusnya aku senang melihat Alvin dekat dengan Shilla. Tapi mungkin setelah Alvin menyatakan perasaannya kepadanya Shilla nanti siang Alvin bakalan berubah seperti dulu” Ujar Sivia sambil memandangi pelangi yang mulai menampakkan warna warninya di atas langit.
“nggak Vi, kamu nggak salah. Alvin emang bener bener berubah. Kamu tau Shilla itu siapa?” ujar Ify.
“sejak kapan kamu di sana? Emang kamu tau apa tentang Shilla?” ujar Sivia.
“Maaf kalo aku terlalu ikut campur urusan kalian, sebenernya aku tau ini kemarin sewaktu pulang sekolah, tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan Ozy sama seorang cewek,dan sewaktu aku melihatnya ternyata itu Shilla. Ozy menyuruh Shilla untuk mempermainkan perasaan Alvin, awalnya Shilla nggak mau tapi, Ozy ngomongin Alvin yang bukan bukan dan akhirnya Shilla mau menuruti perkataan Ozy” ujar Ify
“gawat Fy, pulang sekolah nanti Alvin mau nyatain perasaannya buat Shilla. Ayo Fy, sekarang kita nemuin Alvin.” Ujar Sivia yang langsung menarik tangan Ify dan berlari menuju kelasnya.
Dikelas tampak Alvin yang sedang duduk lemas memandangi coklat yang ada di tangannya dengan raut wajah yang tampak kecewa. “Alvin, aku mau ngomong, kita ke Secret Garden yuk” ujar Sivia ramah.
“ya udah” ujar Alvin
Akhirnya mereka menuju secret garden berdua tanpa Ify, karna Ify menghilang entah kemana.
“Vin, sebenernya Shilla itu udah punya pacar.” Ujar Sivia dengan hati hati takut menyinggung perasaan sahabatnya itu.
“aku udah tau kok Vi.” Ujar Alvin .
“kamu tau dari mana?” tanya Sivia.
“aku tau dari Rio, awalnya aku nggak percaya tapi, sewaktu aku menghubungkan kejadian kejadian yang menurutku aneh semua itu meyakinkan aku.” Ujar Alvin,
“aneh gimana?” ujar Sivia heran.
“aku sering banget liat Shilla ngobrol sembunyi sembunyi dengan Ozy, terus yang anehnya Shilla selalu menghalangi aku untuk bertemu kamu. Shilla bilang kamu nyuruh dia untuk nemenin aku ke toko buku setiap hari Minggu. Menurut aku, kamu nggak mungkin langsung ngomong ke dia. Pasti kamu ngomong dulu ke aku. Tapi sewaktu aku mau confirm ke kamu, shilla selalu menghalangi aku buat nelfon atau sekedar sms kamu. Aku minta maaf banget Vi sama kamu atas keegoisan aku dan janji aku yang aku ingkari sama kamu. Seharusnya aku ngasih coklat ini untuk kamu Vi , sahabat yang nggak mungkin ninggalin aku. Kamu nggak akan terganti Vi, maafin aku. You’re my bestfriend who ever I have.” Ujar Alvin.
“sekarang kalian nggak hanya berdua kalian sekarang punya kita berdua yang akan selalu ada buat kalian” ujar Ify.
“iya Fy, aku juga seneng skarang aku bukan hanya punya 1 sahabat tapi 3 sahabat sekaligus” ujar Sivia.
“iya aku juga, maafin aku ya temen temen.” Ujar Alvin.
“ok” ujar Ify dan Rio bersamaan.
“eh, liat deh pelangi itu, warnanya bagus banget.” Ujar Rio sambil menunjuk sebuah pelangi yang tampak terang melukiskan warna indahnya di langit biru.
“iya, indah banget dan aku harap pelangi itu akan seindah persahabatan kita yagn akan indah sampai kapan pun.” ujar Alvin sambil tersenyum memandangi pelangi itu.
Sehabis pulang sekolah Shilla dan Ozy datang menemui Alvin dan Sivia. Shilla telah megetahui kebohongan Ozy dari Ify. Shilla menasehati Ozy agar dia mau mengubah sikapnya kepada teman-temannya. Akhirnya Ozy sadar akan kesalahannya selama ini dan segera meminta maaf kepada teman-temannya bukan hanya kepada Alvin, begitupun Shilla yagn menyesal mempermainkan perasaan Alvin.
Kini hari-hari mereka penuh warna warni layaknya sebuah pelangi yang menghiasi langit.
##Life full of colour like a rainbow##
Jumat, 14 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar