Sekolah adalah salah satu kebutuhan semua orang. Dengan bersekolah semua orang dapat membuat hidupnya lebih baik, lebih sejahtera. Bagi sebagian orang sekolah hanya untuk melanjutkan pendidikan, agar tidak di bodohi oleh orang lain, agar tidak sensara di masa yang akan datang.
Tapi, bagi ku sekolah tidak hanya untuk itu semua, sekolah lebih dari pada itu. Sekolah mengajariku banyak hal. Cinta, mimpi, dan persahabatan, ya itulah yang aku dapatkan dari sekolah.
Sekolah ku tidaklah semewah sekolah di perkotaan, sekolah ku tidak lah selengkap seperti sekolah di perkotaan. Sekolahku terletak di sebuah desa kecil yang jauh dari perkotaan, jauh dan sangat jauh. Sekolahku mempunyai luas sekitar 3,75 hektar. Ya mungkin cukup luas untuk sekolah di daerah terpencil ini. Desa SANSEAT, ya itulah nama tempat tinggalku, tempat aku dilahirkan dan dibesarkan, tempat aku belajar tentang dunia ini, tempat aku mengenal semua itu, cinta, mimpi dan persahabatan.
Keluargaku tidak lah terpandang, keluargaku hanyalah sebuah keluarga yang sangat sederhana. Walaupun demikian aku bahagia, aku sangat bahagia bisa mempunyai keluarga seperti ini. Kakak, adik, bapak, ibu, nenek, kakek, paman, bibi, sepupu, aku mempunyai itu semua. Kami memang tidak tinggal di satu rumah, tapi rumah kami sangat berdekatan, mungkin sekitar 3-5 meter jarak dari rumahku, rumah nenek, dan rumah sepupuku.
Ayahku bekerja di sebuah perkebunan karet, sedangkan ibu dan bibiku bekerja di sebuah kebun teh milik saudagar kaya di desaku. Sedangkan pamanku bekerja sebagai petani.
***
pagi ini sungguh dingin, angin yang berhembus di pagi ini membangunkanku, membangunkan ku dari tidur lelapku. Seperti pagi-pagi sebelumnya aku segera membereskan tempat tidurku, mandi, kemudian membantu ibu dan kakakku menyiapkan sarapan.
“Pagi semua” sapaku dengan penuh semangat, senyumpun tak lupa terukir di wajah mungilku.
“pagi, ify” jawab kakak ku, sambil tersenyum kembali kepadaku dan melanjutkan tugasnya memcuci piring.
“sudah segeran fy?” Tanya ibuku dan tersenyum kepadaku.
Ya, senyum itu, senyum yang ibu berikan kepadaku setiap harinya, senyum yang membuat hari-hari ku penuh dengan kebahagiaan.
“sudah kok bu’, Ify juga sudah mandi. Ify ngiris bawang aja ya bu’ “ Ujar ku kemudian mengambil pisau yang berada di dekat ibuku, dan langsung mengiris bawang.
“iya” Ujar Ibu dan tersenyum lagi kepadaku.
Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 06.00, sarapan pagi pun telah siap. Aku dan adik ku menaruh sarapan di atas meja makan.
Setelah selesai makan aku, kakakku, dan adikku pamit kepada Bapak dan Ibuku. Umurku dan kakak ku tidak begitu jauh hanya berbeda 1 tahun sehingga aku dan kakak ku bersekolah di Sekolah yang sama yaitu di SMA Negeri 3, sedangkan adik ku berbeda 3 tahun dengan ku. Adik ku bersekolah di SMP Negeri 1. Sekolah ku dan adik ku berjarak cukup jauh sehingga adikku biasanya berangkat bersama teman-teman satu sekolahnya. Aku dan kakak ku pun berangkat sekolah bersama dengan sepupuku. Setiap harinya kami melewati kebun teh tempat ibu kami bekerja. Setiap pergi sekolah terlihat orang-orang yang memetik daun teh, katanya sih daun teh lebih baik di petik pada pagi hari. Sekolah kami berada di ujung kebun teh ini.
“Fy, Ra, kakak ke kelas duluan ya.” Ujar kak Sivia kepadaku dan Zahra.
Kak Sivia sekarang duduk di kelas 11 IPA.1 sedangkan aku dan Zahra duduk di kelas 10.4. kami kebetulan satu kelas, tapi kami tidaklah 1 bangku, karna kami ingin dekat dengan teman satu kelas. Aku duduk bersama Nova, sedangkan Zahra duduk bersama Angel.
“pagi Ify” sapa Nova kepadaku.
Nova adalah anak yang periang, selain itu anak nya juga pintar, sehingga kami sering belajar kelompok bersama.
“Pagi Nov” jawabku dan tak lupa memberikan senyumku.
“katanya kita bakalan ada murid baru pindahan dari kota, trus tau nggak anak barunya itu siapa?” Tanya Nova dengan penuh semangat, sampai-sampai bicaranya cepat sekali.
Ya itulah Nova, walau pintar dan ramah, dia juga dijuluki “MISS UP TO DATE” karena dia tahu sesuatu yang orang lain belum tahu, entah dari mana dia mengetahui semua kabar itu.
“oh, emang siapa murid barunya?” Tanya ku santai, sebenarnya sih aku tidak perduli mau ada murid baru atau tidak. Jujur ya aku orang nya cuek banget sama orang lain, apalagi orang yang belum aku kenal. Tapi, dari pada Nova kecewa karena aku cuekin jadinya aku bertanya kepadanya.
“Anaknya ganteng banget, item manis, trus dia itu anaknya Pak Haling.” Jawab Nova sambil senyum-senyum sendiri seperti heboh sendiri.
“oh, anaknya Pak Haling pemilik kebun teh tempat ibuku dan ibu Zahra bekerja?” Tanya ku lagi sambil meletakkan task u di meja kecil yang terbuat dari kayu yang telihat sudah usang dengan coretan pena dimana-mana.
“iya, gila ya ternyata anak kota ada juga yang mau tinggal di desa kita, trus sekolah di tempat kita lagi.” Ujar Nova sambil pikirannya menerawang ke arah langit-langit kelas, entah apa yang sedang di khayalkannya.
“ih, apaan sih Nova, ayo ngayal apa kamu?” Ujar ku sambil meletakkan tangan ku di depan wajahnya.
“kebayang nggak sih kalau dia jadi pacar ku?” ujar Nova yang asal-asalan.
“hush, Nova bukan apa-apa ya, kita belajar dari pengalaman aja deh, inget nggak dengan Cakka anak baru semester lalu yang pindahan dari Jakarta? Dia itu kesan nya aja manis, tapi apa ternyata anaknya sombong abis.” Ujar ku yang mengingatkan Nova agar tidak banyak berharap kepada sesuatu yang belum pasti baik buruknya.
“iya juga sih Fy, tapi kita nggak boleh suuzan sama orang kan kata Pak Lutfi kita harus Husnuzan.” Ujar Nova yang mengingatkan ku akan pelajaran agama minggu lalu, Nova saja yang bukan muslim mengerti bagaimana aku yang muslim? Aku jadi malu sendiri kepada Nova.
“iya ya Nov, maaf deh. Jadi malu aku” ujar ku sambil senyum-senyum agak malu.
“ya udah deh, sekarang kita nanti tu murid baru.” Ujar Nova sambil melihat keluar kelas.
“terserah kamu deh Nov.” Ujar ku kemudian duduk dan membuka buku pelajaran pertama.
Bunyi lonceng pun terdengar begitu nyaring, kelas ku yang berada di ujung sekolah pun masih mendengar bunyi nyaring yang di keluarkan lonceng yang berada di depan halaman sekolah. Lonceng yang berukuran besar, yang terlihat sedikit tua karena sudah terdapat karat dimana-mana, tapi suaranya tidak terdengar tua.
Dari luar kelas terlihat Pak Duta berjalan menuju kelas kami bersama seorang anak lelaki yang berpenampilan seperti orang kota.
“jangan-jangan ini anak yang dimaksud Nova tadi” Batin ku sambil memperhatikan sekali lagi penampilan anak itu. Anak itu terlihat cuek, tapi juga terlihat manis dengan pakaian yang tampak cocok dia kena kan, tapi sedikit tidak sopan dengan dengan kancing baju paling atas yang tidak tertutup.
“selamat pagi anak-anak?” Sapa Pak Duta kepada kami semua, kali ini wajah pak duta tidak setegang biasanya. Biasanya setiap kali pak Duta memasuki kelas kami, pasti bawaannya marah-marah. Tapi, kenapa kali ini tidak?
“pagi pak” jawab kami sekelas kompak.
“baiklah hari ini kalian mendapat teman baru dari Jakarta, silahkan perkenalkan namamu.” Perintah pak Duta kepada anak itu.
Dengan gaya cueknya anak itu berkata “Kenalin nama gue Mario Stevano Aditya Haling, kalian panggil gue Rio aja”
“ada hal lain yang mau di sampaikan Rio?” Tanya pak Duta kepadanya, karena baru kali ini pak Duta melihat murid baru yang hanya memperkenalkan namanya saja, oh tidak dengann nama panggilannya juga.
Rio hanya menggelengkan kepalanya.
“ya sudah silahkan kamu mencari tempat duduk yang kosong” Ujar Pak Duta kepada Rio dan kembali ketempat duduk nya.
“tu kan Nov, apa kata ku. Semuanya sama, lihat tu Rio sombong abis, trus pakaiannya nggak sopan, emang dipikirnya sekolah seperti si Jakarta yang urak-urakan.” Bisiku kepada Nova sambil melirik Rio.
“iya ya Fy, bener kamu. Tapi, tetep aja tau kita nggak boleh suuzan” Ujar Nova dengan kerasnya.
“oow” ujar ku sambil melihat kearah pak Duta.
“Nova, Ify, kalian ngobrol ya?” Tanya Pak Duta kepada kami, tapi yang anehnya wajah pak Duta tidak seseram biasanya.
“e-e-e enggak PAK” ujar Nova ketakutan.
“ya sudah nanti sehabis pulang sekolah kalian ke ruangan bapak.” Ujar pak Duta kemudian langsung memulai mengajar tanpa memperhatikan kami berkata iya atau tidak.
Lonceng pun berbunyi bertanda waktu untuk istirahat. Kami sekelas pun berkumpul, tapi tidak dengan Rio. Akhirnya aku memberanikan diriku untuk berkata kepadanya.
“Rio, biasanya kami sekelas itu kumpul dan makan bersama.” Ujar ku sedikit canggung untuk menyapanya.
“lo, siapa merintah-merintah gue. Ya udah kalo kelas lo mau kumpul tapi, nggak dengan gue. Gue anti makanan kampung kayak gini.” Ujar Rio dengan kasarnya kepadaku, nada suaranya pun ditinggikan.
“Rio, ini makanan untuk mu kebetulan hari ini Kiky lagi banyak uang, jadi traktir kita sekelas deh.” Ujar Nova kepada Rio, dengan wajah penuh harap agar Rio mau menerima pemberiaannya itu.
Blessss
Makanan itu pun terjatuh karena tangan Rio yang menepis pemberian yang diberikan oleh Nova.
“gue bilang nggak mau ya nggak mau, ngerti nggak sih yang namanya nggak mau, dasar kampung.” Ujar Rio kepada Nova dengan sangat kasar untuk ukuran anak sepertinya, dengan menekan suara pada kaliamat KAMPUNG.
Nova keluar kelas sambil menangis.
“dasar kamu ya emang kenapa kalau kita anak kampung? Inget kamu sekarang itu ada di kampung juga, berarti kamu juga KAMPUNG.” Ujar ku kepada Rio tak kalah kasar dengan ucapannya kepada Nova. Aku pun langsung menyusul Nova, berharap ia tak apa-apa dan tidak akan melakukan hal konyol.
Rio hanya menatapku tajam, tatapannya seperti tidak akan pernah melepaskanku sebelum dia membalas sakit hatinya.
Lonceng pulang pun berbunyi pertanda pulang sekolah, sebelumnya aku telah berkata kepada kak Sivia bahwa aku dan Nova pulang agak telat, sehingga kak Sivia dan Zahra pulang terlebih dahulu.
Aku dan Nova pun menuju ruang pak Duta, disana tampak pak Haling dan anak itu lagi….
“ini pak anak yang saya maksud kemarin, ini Ify dan ini Nova. Mereka anak yang baik dan saya kira mereka bisa menemani Rio mengenal desa ini.” Ujar Pak Duta memperkenalkan kami kepada pak Haling.
“apa anak baik? Pa, Rio nggak mau sama mereka.” Perintah Rio dengan kasarnya, yang tak seharusnya dilakukan seorang anak kepada orang tuanya sendiri.
“tidak, pokoknya kamu harus bersama mereka berdua. Kalau tidak kamu akan papa kirim ke Jayapura bersama nenek kamu.” Ujar Pak Haling dan langsung meninggalkan kami.
“pak ini beneran?” Ujar ku sedikit tak percaya bahwa aku dan Nova akan menemani Rio.
“iya, ya sudah kalian silahkan pulang dan antar Rio pulang.” Ujar Pak Duta sambil menepuk pundak ku.
Aku dan Nova pun keluar dari ruangan itu dan berjalan pulang, Rio yang merasa tidak mengenal daerah ini pun mengikuti kami. Akhirnya aku mempunyai ide jahil yang ku rasa pantas untuk Rio.
“Nov, kita kerjain yok. Kamu masih sakit hatikan sama anak ini, kita tinggalin aja dia di kuburan dekat sungai.” Bisiku kepada Nova.
“siip” ujar Nova.
“Kalian ngapain?” Ujar Rio dengan nada cuek.
Kami pun tak mengubris perkataannya kami hanya berjalan terus. Sampai akhirnya kami sampai di dekat sungai, aku dan Nova pun sepakat akan berpencar dan berlari sekuat tenaga menuju jalan ke kuburan.
“hey kalian mau kemana?” teriak Rio kepada kami, dan langsung berlari menyusul Nova.
Sayang nya ia terjebak , karena disekelilingnya adalah kuburan. Entah pengalaman buruk apa yang telah menimpanya. Rio begitu ketakutan dan berteriak histeris. Kami yang tak tega langsung menemuinya.
“Rio, kamu nggak kenapa-kenapa?” Ujar ku ketakutan.
“jangan, mama mama mama.” Teriak Rio histeris seperti orang yang sedang kerasukan.
Aku dan Nova pun langsung menopang Rio menuju rumahku. 1 jam pun berlalu Rio akhirnya sadar dari pingsannya.
“gue dimana? Rumah buluk apa lagi ini.” Ujar Rio sambil memegang kepala sebelah kirinya.
“eh, kamu ya udah di tolong pake ngatain segala, kalo kamu nggak aku dan Nova tolong kamu udah di kuburan tau. Ternyata takut sama kuburan.” Ujar ku dengan nada meremehkan Rio.
“please jangan kasih tau orang-orang ya gue takut sama kuburan.” Pinta Rio dengan wajah memelas.
“oke, tapi kamu harus berubah, kamu jangan pernah meremehkan ataupun merendahkan orang lain.” Ujar ku
“oke.” Ujar Rio
***
Sejak kejadian itu Rio berubah, kini dia lebih sopan dan lebih baik. Aku pun bersahabat baik dengannya. Ternyata Rio itu tidak seperti penampilannya saat pertama kali bertemu dengannya. Rio baik sekali. Aku dan Rio sering menghabiskan waktu bersama dengan bermain lari-larian di kebun teh milik ayahnya. Zahra dan teman-teman lainnya juga sering ikut.
Pagi ini aku, Kak Sivia,dan Zahra menuju rumah Rio karena dia mau ikut berangkat sekolah dengan kami. Rio anak yang periang, suka bercanda.
“pagi semua.” Sapa Rio kepada teman satu kelas.
“pagi RIO” ujar teman satu kelas.
“Rio, Ify, Zahra, ini kita makan sama-sama yuk. Kebetulan aku bawa banyak makanan.” Ujar Irsyad sambil memberikan makanan yang ada di tangannya.
“boleh” ujar Rio dan langsung mengambil makanan yang ada di tangan Irsyad.
“bagi dong” pintaku dan Zahra.
“ini makan bareng.” Ujar Rio sambil melahap makanan yang ada di tangan nya.
Lonceng pun berbunyi pertanda pulang sekolah. Rio mengajak teman-teman satu kelas untuk bermain di kebun teh milik ayahnya. Sepanjang perjalanan kami pun bernyanyi dengan riang nya akhirnya kami sampai di sungai kecil yang berada disamping kebun teh. Disana kami menyampaikan harapan kami di masa yang akan datang.
“eh, kalian nanti sehabis tamat dari SMA kalian mau kamana?” ujar Rio dengan antusias.
“kalau aku pengen ngelanjutin ke UGM, katanya sih kuliah disana anaknya hebat-hebat.” Ujar Irsyad dengan penuh keyakinan.
“kalau aku sih mau ke UI” sambung Zahra tak kalah bersemangatnya.
“aku ke ITB” ujarku dan Rio berbarengan.
“ehmmm” Nova ber-dehem kepada kami.
“apaana sih Nov, kalau kamu mau kemana Nov?” Tanya ku.
“aku sih mau ke UnPad” terannya.
“ya udah, sekarang kita tahu kemana kita mau melajutkan sekolah. Itu berarti kita itu punya rencana hidup untuk masa depan kita. Semoga kita nanti di pertemukan lagi saat kita telah mencapai cita-cita kita.” Ujar Rio sambil tersenyum kepada kami.
Waw aku tidak menyangka bahwa Rio bisa sedewasa ini. Ku kira dia anak manja yang tidak pernah memikirkan masa depannya, dan menganggap semuanya bisa dia miliki.
“ehmm” Nova berdehem kembali.
“kayaknya ada yang terpesona ni yo sama kamu.” Lanjut Nova dengan matanya yang melirik kearah ku.
“kenapa Nov, kok ngeliatin aku kayak gitu?” Tanya ku heran melihat Nova yang memandangiku dengan wajah yang menggelikan.
“satu, dua, tiga, cabut” teriak Nova kemudian berlari dilanjutkan anak-anak yang lain.
Ini diluar rencana, mereka meninggalkan aku dan Rio sendirian disini.
Akhirnya Rio membuka mulutnya.
“Fy, sebenernya aku suka sama kamu” Ujar Rio santai.
Aku pun terkejut mendengar perkataan yang baru saja di lontarkan Rio kepadaku.
“aku yo?” Tanya ku tak percaya.
“iya kamu Alyssa Saufika Umari. Sejak bertemu dengan kamu aku jadi berubah, aku mengerti banyak hal tentang dunia ini. Kamu yang mengubah ku.” Terang Rio kepadaku sambil menatapku tajam.
“kamu berubah itu karena keinginan mu yo, aku hanya perantara. Bukan hanya aku tapi, teman satu kelas juga. Mereka juga mendukung perbahan kamu.” Terangku kepada Rio dan menatap balik matanya. Memang terlihat kesungguhan dari balik matanya, tapi jujur aku tidak bisa untuk lebih dari sahabat kepadanya. Aku memang menyayanginya, tapi aku tidak bisa lebih dari itu.
“iya aku tahu, tapi apa mungkin kamu punya perasaan lebih terhadapku? Perasaan lebih dari sahabat?” Tanya Rio tanpa memalingkan pandangannya kearahku.
“maaf yo, bagiku kamu hal terindah yang pernah aku miliki, kamu sahabat yang berharga bagiku. Aku sangat takut kehilanganmu, karena itu aku lebih suka bersahabat sama kamu.” Jelasku kepada Rio.
“baiklah aku mengerti hal itu. Terima kasih fy, kamu sudah menganggapku sahabat yang berarti bagi hidupmu.” Ujar Rio sambil tersenyum setuju dengan perkataanku tadi.
“cie” ujar Zahra dan teman-teman lainnya.
Ternyata mereka masih ada disini, kali ini mereka membawa banya balon yang berisi kertas.
“ini punya kalian berdua, didalamnya terdapat impian-impian kita masing-masing. Ayo kita terbangi bersama.” Ujar Angel kemudian memberikan balon itu kepadaku dan Rio.
Cuaca saat itu sungguh menentram kan jiwa, kini kami telah siap dengan balon-balon impian kami.
“satu, dua, tiga” teriak Rio.
Akhirnya balon-balon impian itu pun kami lepaskan. Sungguh tampak indah di langit. Hari ini hari yang berarti di kehidupanku, bersama dengan teman satu kelas menghabiskan waktu bersama.
“teman-teman kalian mengajarkanku arti cinta, mimpi, dan persahabatan, kalian tidak akan pernah aku lupain. Terima kasih atas semua hal terindah yang pernah kalian berikan untuk ku. Kalian mutiara yang aku temuin di padang gersang, mutiara yang membuat hidupku berharga.”
(: THE END :)
KASIH KRITIK DAN SARAN YA :)
THANKS :)
Jumat, 14 Januari 2011
Simple Love #part 3
♥ SIMPLE LOVE ♥ part 3
oleh Ade Novaa 'Alviader' Vladimir pada 18 Desember 2010 jam 17:21
Maaf baru bisa nge-post karna sesuatu dan lain hal :D
Dan maaf juga kalo singkat, aku harap kalian bakalan suka,
Happy read it :)
SIMPLE LOVE PART 3
“Udah ya Via, jangan nangis lagi. Aku nemuin ka Agni dulu ya ntar hukuman ku ditambah lagi.”Ujar Alvin semanis mungkin.
“Ikh apaan sih Alvin.” Sivia tertunduk malu mendengar perkataan Alvin yang dia pikir terlalu manis seperti orang tua yang lagi diemin anaknya.
“ehmmmm” Ify berdehem.
“Ify apaan sih, Alvin udah deh sana pergi.” Ujar Sivia kesal tetapi rona merah pipinya tidak bisa tertutupi bahwa sekarang dia tengah malu dengan ucapan Alvin barusan.
“ya udah deh, bye all, ntar tunggu gue ya” Alvin berlari menuju ruangan Agni.
***
“permisi senior izin masuk” Alvin memasuki ruangan itu dengan raut wajah yang sedikit tegang.
“ya” ujar Agni dengan wajah seperti biasa ‘menyeramkan’.
“tadi kakak manggil saya?” Ujar Alvin sedikit takut.
“iya, kamu kemana aja, kamu tadi nggak langsung ke aula kan?” Tanya Agni.
“ma-af kak ta-di a-ku ke-tidu-ran di-ta-man ,jadi nya nggak ke aula. Tadi di taman ada....” jawab Alvin terbata-bata.
“ada siapa? Hantu?” Tanya Agni.
“ada kak Gabriel sama kak Calista takut ngeganggu jadinya aku duduk di semak-semak, eh taunya ketiduran kak.” Jawab Alvin sejujur-jujurnya berharap dengan kejujurannya ia akan di bebaskan dari hukuman.
“ok, skarang kamu catatan materi ini, karna ini bahan yang di ajarkan di aula tadi.Kakak ke Aula dulu, kalo sudah selesai letakan kertas itu di meja kakak.” Ujar Agni sambil meninggalkan Alvin sendirian di ruangannya.
“waduw gue sendirian disini, gue sms Ipi dulu ah” ujar Alvin .
To: Ipi Ify
Py, lo ke ruangan kak Agni ya bareng Via temenin gue disini, kak Agninya di Aula
To: Kodok Alvin
Ah lu ngerepotin aje
Yelah gue sama Via kesana
T0: Ipi Ify
Yelah gue tunggu :D
**
“Via ke ruangan kak Agni yuk sekarang, Alvin sendirian minta ditemenin.” Ify
“kok nyuruh gue sih?” ujar Sivia heran.
“gue juga kale, masa’ Cuma lo sendirian.Jangan – jangan lo ...” ujar Ify memainkan matanya.
“apaan sih udah yuk kesana” ujar Sivia yang langsung menarik tangan ify.
***
“Alvin” ujar Ify sambil senyum senyum sendiri.
“apaan sih fy, lo gila ya. Baru dateng udah senyum senyum sendiri” Ujar Alvin heran.
“ini ni si Via semangat banget pengen buru kesini, ni buktinya dia narik gue” ujar Ify sambil tertawa.
“nggak enggak, bohong vin.” Ujar Sivia yang merasa benar-benar malu di depan Alvin.
“udah udah kalian udah nyatet materi di aula tadi belum?” Tanya Alvin sambil melanjutkan tulisannya lagi.
“belom” jawab Sivia dan Ify kompak.
“ya udah ni bareng nulisnya” Ujar Alvin yang masih sibuk dengan tulisannya.
***
“Iyel” Seru Agni kepada Gabriel. Kebetulan Gabriel lewat di depan Aula.
“knapa?” Jawab Gabriel lemas.
“lo knpa yel?” Tanya Agni lagi yang melihat wajah Gabriel yang Nampak pucat.
“gue yang nanya kok lo yang nanya balik sih? Udah gue lagi pusing” Ujar Gabriel kesal dan langsung meninggalkan Agni.
“HEY YEL, lo knapa sih sensi banget? Aneh lo” teriak Agni.
Gabriel hanya mengacuhkan Agni sambil menangkat tangan nya sebelah.
***
Pukul telah menunjukkan pukul 16.00 WIB saatnya pulang sekolah.
“akhirnya selesai juga, kalian udah juga kan?” Tanya Alvin sambil membereskan peralatan tulisnya.
“yap udah” jawab Ify.
“hey, Cakka kemana ya?” Tanya Sivia.
“munkin bareng anak anak yang lain, ya udah cepetan beresin kita mau apel pulang.” Ujar Ify yang segera membereskan buku-buku yang ada diatas meja Agni.
“yuk” Ujar Sivia sambil keluar dari Ruangan itu.
Mereka pun berlarian menuju lapangan, untungnya mereka sudah mengetahui jalan terdekat menuju lapangan. Melewati samping ruang matematika, lurus menuju belakang ruang computer, dan melewati jalan kecil yang menuju ruang multimedia, dan akhirnya sampai.
Mereka pun segera memasuki barisan dan bersiap-siap untuk apel pulang.
“Vi, kita duluan ya” Ujar Cakka sambil berjalan menuju gerbang sekolah yang dilanjutkan Ify dan Alvin.
“bye” ujar Sivia sambil melambaikan tangannya.
“Vi, cepetan naik” Ujar Gabriel.
“iya kak sabar.” Ujar Sivia.
Selama di jalan Gabriel hanya diam, setiap Sivia bertanya Gabriel masih saja diam. Begitupun di rumah, setiap mamanya berkata Gabriel hanya mengangguk, tanpa berkata sedikitpun.
“Via, kakak kamu kenapa?” Tanya Mama Via khawatir.
“nggak tau ma, ntar Via nanya sama kak Iyel” Ujar Sivia yang langsung menuju kamar Gabriel.
“kak, kakak knapa? Apa ini semua berkaitan dengan kak Calista?” Tanya Sivia yang mencoba memberanikan diri untuk bertanya walaupun dia merasa sedikit takut.
“baca” perintah Gabriel yang langsung melemparkan hp-nya kearah adiknya itu.
“jadi, besok kak Calista sudah pergi?” Tanya Sivia sedikit terkejut setelah membaca pesan di hp kakaknya itu.
“begitulah” jawab Gabriel singkat.
Sivia langsung keluar dari kamar Gabriel dan lansung menuju kamarnya yang tepat berada di depan kamar Gabriel. Sivia langsung menelpon Calista.
“halo kak Calista?” Ujar Sivia.
“iya, ada apa Vi?” Tanya Calista.
“lagi sibuk ya?” Tanya Sivia
“iya ni, lagi beres beres kepereluan untuk berangkat besok.” Jawab Calista.
“ganggu ga sih kak aku telpon kakak?” Tanya Sivia.
“sebenernya sih ganggu, tapi ya berhubung kamu udah nelfon ya udah deh mau ngomong apa?” Tanya Calista.
“kakak beneran mau pergi?” Tanya Sivia.
“ya iyalah sayang, semua udah siap tinggal keperluan untuk berangkat aja. Emang kenapa?” Tanya Calista.
“kak, kak Gabriel murung banget, kak Gabriel sedih banget tau kakak mau pergi besok” Ujar Sivia.
“Via sayang, semua orang yang sekarang ada disamping kita nggak mungkin selamanya menemani kita. Jadi kita harus siap menghadapi itu semua. Kakak percaya baik kamu maupun kak Gabriel pasti bisa hidup tanpa kakak. Kan sebelumnya kalian bisa hidup walau tanpa kakak” Ujar Calista.
“tapi kak, kakak jangan putus sama kaK Gabriel ya” pinta Sivia yang kini suaranya terdengar serak.
“Via, kakak egois kalau kakak masih pacaran sama Gabriel. Kakak nahan kak Gabriel untuk cinta sama orang yang nyata, yang selalu ada di samping kak Gabriel. Kakak nggak mungkin bisa bantu kak Gabriel setiap saat, karna kakak punya kesibukan kakak sendiri. Kakak, kamu, kak Gabriel punya masa depan sendiri, punya cita-cita yang mesti di perjuangkan. Kita nggak boleh gara-gara seseorang masa depan kita terabaikan. Inget waktu nggak mungkin terulang kembali, semua yang terjadi nggak mungkin bisa kita ubah, maka dari itu lakukan yang terbaik yang bisa kamu lakukan.” Ujar Calista.
“iya kak, Sivia ngerti. Sivia bakalan nasehatin kak Gabriel. Makasih ya kak atas semua semangat yang telah kakak kasih buat Sivia sama kak Gabriel. You’re the best. Besok jam berapa berangkat?” Tanya Sivia.
“oke no problem. Jam 9 pagi.” Ujar Calista.
“udah dulu ya kak, maaf kalo Sivia sama Kak Gabriel nggak bisa nganter karna Sivia masih Latdis. Bye kakak. We Will be miss you :’( “ Ujar Sivia.
“bye honey. Me too” ujar Calista.
Sivia segera menuju kamar Gabriel. Tanpa mengetuk pintu lagi
“kakak” ujar Sivia sambil senyum-senyum
“knapa lo?” Ujar Gabriel acuh.
“kita ke rumah kak Calista yuk” ajak Sivia dengan penuh semangat.
“knapa? Toh dia juga bakalan ninggalin kita kan?” ujar Gabriel cuek.
“kakak, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Perpisahan ada karna ada pertemuan. Semua orang yang ada disamping kita nggak selamanya bersama kita.” Ujar Sivia yang kini merasa geram.
“oh gitu?” ujar Gabriel cuek.
“kakak ngerti nggak sih kak yang namanya agama? Kakak tahu kan sama Tuhan? Tuhan nggak bakalan ngasih cobaan diluar kemampuan umatnya, tuhan sudah mengukur batas kemampuan umatnya.” Ujar Sivia yang matanya kita tampak berkaca-kaca.
“trus, kalo tuhan sudah ngukur kemampuan umatnya. Knapa ada orang gila hah?” ujar Gabriel dengan kasarnya.
“kak, tuhan tahu semua yang makhluknya nggak tahu. Mereka itu nggak yakin dengan kemapuan mereka, mereka terlanjur menyerah dengan keadaan, mereka nggak tahu yang namanya tuhan akan selalu memberikan yang terbaik untuk umatnya. Kakak sadar nggak sih, kehidupan kita masih panjang, kita nggak boleh tergantung sama orang lain. Walaupun pada hakikatnya kita makhluk social, tapi kita harus berjuang untuk hidup kita sendiri.” Ujar Sivia yang kini meneteskan air mata.
“maafin kakak vi, kakak terlalu memikirkan hal-hal yang nggak mungkin bisa kakak lakuin lagi bareng Calista. Kakak bakalan rindu dengan motivasi-motivasi yang diberikannya untuk kita.” Ujar Gabriel sambil menghapus air mata yang membasahi wajah cantik adiknya.
“kita harus yakin kak kita bisa tanpa kak Calista, kita bisa melakukan yang terbaik tanpa kak Calista.” Ujar Sivia sambil memeluk erat kakaknya.
“iya adik ku sayang” ujar Gabriel sambil mengacak-acak rambut Sivia.
“ikh kakak, ya udah yuk ke mall nyari sesuatu untuk kak Calista.” Ujar Sivia sambil berjalan keluar kamar Gabriel.
“oke, tunggu di bawah ya” ujar Gabriel.
Mereka pun pergi ke mall, satu per satu toko mereka masuki sampai akhirnya mereka sampai di sebuah toko yang terbilang sederhana tapi cukup menarik karna, pernak-pernik yang menghiasi toko ini sungguh elegant.sebuah toko yang bertemakan bintang, karna semua benda-benda yang dijual di toko itu berbentuk bintang semua.
“kak disini aja ya. Kakak cari deh yang mana menurut kakak cocok untuk kak Calista.” Ujar Sivia yang langsung melihat-lihat barang-barang disana.
“siip” ujar Gabriel.
Akhirnya sebuah kotak music kecil yang berbentuk bintang dengan hiasan yang berwarna-warni seperti pelangi menjadi piilhan Gabriel, sedangkan Sivia memilih sebuah benda yang berbentuk bintang yang terlihat biasa tapi, saat benda tersebut di tempatkan di tempat yang gelap akan memberikan cahaya yang berwarna-warni laksana pelangi.
“siap” ujar Gabriel.
“siap dong”ujar Sivia.
Mereka akhirnya pergi ke rumah Calista untuk mengucapkan selamat jalan dan memberikan sesuatu yang menurut mereka bisa membuat Calista ingat kepada mereka.
“kak Calista” teriak Sivia dari luar pagar rumah Calista.
“eh, Sivia, Iyel, ayo masuk” ujar Calista ramah sambil tersenyum manis.
“kak, selamat jalan ya, jangan lupain semua kengan-kenangan yang sudah kita alami bersama, jangan lupain aku sama kak Gabriel” ujar Sivia.
“pasti dong, kalian sesuatu yang berharga yang pernah kakak milikin, walau ini pahit, tapi tetap semangat ya. Yakinlah suatu saat entah kapan, dimana, kita akan bertemu kembali dalam suasana yang berbeda.” Ujar Calista bijak.
“iya , aku bakalan kangen sama kamu Ta, kamu baik-baik ya disana, raih semua impian kamu, jangan kecewain kita yang ngerelain kamu pergi,” ujar Gabriel.
“siip yel, kamu sama Sivia juga ya. Kita bakalan bertemu saat kita semua sudah berhasil meraih impian dan harapan kita semua.” Ujar Calista.
“pasti “ ujar Gabriel.
Mereka berbincang bincang sampai akhirnya waktu telah menunjukkan pukul 17.02 WIB.
“kak, kita pulang dulu ya, jaga diri baik baik.” Ujar Sivia,
“iya, kamu juga ya dek.” Ujar Calista.
“bye” ujar Gabriel sambil menghidupkan motornya.
“bye kak Calista, see you next time” ujar Sivia sambil melambaikan tangan.
“bye” balas Calista.
Pagi harinya Sivia telah bersiap-siap berangkat sekolah, Gabriel pun demikian.
“dek, inget ya. Kamu turutin aja apa kata senior, jangan ngebantah.” Ujar Gabriel
“siip” ujar Sivia sambil memberikan jempolnya pertanda dia telah ngerti akan hal itu.
Sivia dan teman-temannya yang lain mengikuti latdis dengan disiplin, tidak ada lagi yang terlambat, semua berjalan dengan lancar. Sivia melihat jam yang ada di tangan kirinya yang kini telah menunjukkan pukul 09.00 WIB pertanda bahwa pesawat yang ditumpangi Calista sudah take off. Di tempat yang lain Gabriel pun melakukan hal yang sama.
Continue >>>>>
maafkanlah cerita gaje ku ini :)
oleh Ade Novaa 'Alviader' Vladimir pada 18 Desember 2010 jam 17:21
Maaf baru bisa nge-post karna sesuatu dan lain hal :D
Dan maaf juga kalo singkat, aku harap kalian bakalan suka,
Happy read it :)
SIMPLE LOVE PART 3
“Udah ya Via, jangan nangis lagi. Aku nemuin ka Agni dulu ya ntar hukuman ku ditambah lagi.”Ujar Alvin semanis mungkin.
“Ikh apaan sih Alvin.” Sivia tertunduk malu mendengar perkataan Alvin yang dia pikir terlalu manis seperti orang tua yang lagi diemin anaknya.
“ehmmmm” Ify berdehem.
“Ify apaan sih, Alvin udah deh sana pergi.” Ujar Sivia kesal tetapi rona merah pipinya tidak bisa tertutupi bahwa sekarang dia tengah malu dengan ucapan Alvin barusan.
“ya udah deh, bye all, ntar tunggu gue ya” Alvin berlari menuju ruangan Agni.
***
“permisi senior izin masuk” Alvin memasuki ruangan itu dengan raut wajah yang sedikit tegang.
“ya” ujar Agni dengan wajah seperti biasa ‘menyeramkan’.
“tadi kakak manggil saya?” Ujar Alvin sedikit takut.
“iya, kamu kemana aja, kamu tadi nggak langsung ke aula kan?” Tanya Agni.
“ma-af kak ta-di a-ku ke-tidu-ran di-ta-man ,jadi nya nggak ke aula. Tadi di taman ada....” jawab Alvin terbata-bata.
“ada siapa? Hantu?” Tanya Agni.
“ada kak Gabriel sama kak Calista takut ngeganggu jadinya aku duduk di semak-semak, eh taunya ketiduran kak.” Jawab Alvin sejujur-jujurnya berharap dengan kejujurannya ia akan di bebaskan dari hukuman.
“ok, skarang kamu catatan materi ini, karna ini bahan yang di ajarkan di aula tadi.Kakak ke Aula dulu, kalo sudah selesai letakan kertas itu di meja kakak.” Ujar Agni sambil meninggalkan Alvin sendirian di ruangannya.
“waduw gue sendirian disini, gue sms Ipi dulu ah” ujar Alvin .
To: Ipi Ify
Py, lo ke ruangan kak Agni ya bareng Via temenin gue disini, kak Agninya di Aula
To: Kodok Alvin
Ah lu ngerepotin aje
Yelah gue sama Via kesana
T0: Ipi Ify
Yelah gue tunggu :D
**
“Via ke ruangan kak Agni yuk sekarang, Alvin sendirian minta ditemenin.” Ify
“kok nyuruh gue sih?” ujar Sivia heran.
“gue juga kale, masa’ Cuma lo sendirian.Jangan – jangan lo ...” ujar Ify memainkan matanya.
“apaan sih udah yuk kesana” ujar Sivia yang langsung menarik tangan ify.
***
“Alvin” ujar Ify sambil senyum senyum sendiri.
“apaan sih fy, lo gila ya. Baru dateng udah senyum senyum sendiri” Ujar Alvin heran.
“ini ni si Via semangat banget pengen buru kesini, ni buktinya dia narik gue” ujar Ify sambil tertawa.
“nggak enggak, bohong vin.” Ujar Sivia yang merasa benar-benar malu di depan Alvin.
“udah udah kalian udah nyatet materi di aula tadi belum?” Tanya Alvin sambil melanjutkan tulisannya lagi.
“belom” jawab Sivia dan Ify kompak.
“ya udah ni bareng nulisnya” Ujar Alvin yang masih sibuk dengan tulisannya.
***
“Iyel” Seru Agni kepada Gabriel. Kebetulan Gabriel lewat di depan Aula.
“knapa?” Jawab Gabriel lemas.
“lo knpa yel?” Tanya Agni lagi yang melihat wajah Gabriel yang Nampak pucat.
“gue yang nanya kok lo yang nanya balik sih? Udah gue lagi pusing” Ujar Gabriel kesal dan langsung meninggalkan Agni.
“HEY YEL, lo knapa sih sensi banget? Aneh lo” teriak Agni.
Gabriel hanya mengacuhkan Agni sambil menangkat tangan nya sebelah.
***
Pukul telah menunjukkan pukul 16.00 WIB saatnya pulang sekolah.
“akhirnya selesai juga, kalian udah juga kan?” Tanya Alvin sambil membereskan peralatan tulisnya.
“yap udah” jawab Ify.
“hey, Cakka kemana ya?” Tanya Sivia.
“munkin bareng anak anak yang lain, ya udah cepetan beresin kita mau apel pulang.” Ujar Ify yang segera membereskan buku-buku yang ada diatas meja Agni.
“yuk” Ujar Sivia sambil keluar dari Ruangan itu.
Mereka pun berlarian menuju lapangan, untungnya mereka sudah mengetahui jalan terdekat menuju lapangan. Melewati samping ruang matematika, lurus menuju belakang ruang computer, dan melewati jalan kecil yang menuju ruang multimedia, dan akhirnya sampai.
Mereka pun segera memasuki barisan dan bersiap-siap untuk apel pulang.
“Vi, kita duluan ya” Ujar Cakka sambil berjalan menuju gerbang sekolah yang dilanjutkan Ify dan Alvin.
“bye” ujar Sivia sambil melambaikan tangannya.
“Vi, cepetan naik” Ujar Gabriel.
“iya kak sabar.” Ujar Sivia.
Selama di jalan Gabriel hanya diam, setiap Sivia bertanya Gabriel masih saja diam. Begitupun di rumah, setiap mamanya berkata Gabriel hanya mengangguk, tanpa berkata sedikitpun.
“Via, kakak kamu kenapa?” Tanya Mama Via khawatir.
“nggak tau ma, ntar Via nanya sama kak Iyel” Ujar Sivia yang langsung menuju kamar Gabriel.
“kak, kakak knapa? Apa ini semua berkaitan dengan kak Calista?” Tanya Sivia yang mencoba memberanikan diri untuk bertanya walaupun dia merasa sedikit takut.
“baca” perintah Gabriel yang langsung melemparkan hp-nya kearah adiknya itu.
“jadi, besok kak Calista sudah pergi?” Tanya Sivia sedikit terkejut setelah membaca pesan di hp kakaknya itu.
“begitulah” jawab Gabriel singkat.
Sivia langsung keluar dari kamar Gabriel dan lansung menuju kamarnya yang tepat berada di depan kamar Gabriel. Sivia langsung menelpon Calista.
“halo kak Calista?” Ujar Sivia.
“iya, ada apa Vi?” Tanya Calista.
“lagi sibuk ya?” Tanya Sivia
“iya ni, lagi beres beres kepereluan untuk berangkat besok.” Jawab Calista.
“ganggu ga sih kak aku telpon kakak?” Tanya Sivia.
“sebenernya sih ganggu, tapi ya berhubung kamu udah nelfon ya udah deh mau ngomong apa?” Tanya Calista.
“kakak beneran mau pergi?” Tanya Sivia.
“ya iyalah sayang, semua udah siap tinggal keperluan untuk berangkat aja. Emang kenapa?” Tanya Calista.
“kak, kak Gabriel murung banget, kak Gabriel sedih banget tau kakak mau pergi besok” Ujar Sivia.
“Via sayang, semua orang yang sekarang ada disamping kita nggak mungkin selamanya menemani kita. Jadi kita harus siap menghadapi itu semua. Kakak percaya baik kamu maupun kak Gabriel pasti bisa hidup tanpa kakak. Kan sebelumnya kalian bisa hidup walau tanpa kakak” Ujar Calista.
“tapi kak, kakak jangan putus sama kaK Gabriel ya” pinta Sivia yang kini suaranya terdengar serak.
“Via, kakak egois kalau kakak masih pacaran sama Gabriel. Kakak nahan kak Gabriel untuk cinta sama orang yang nyata, yang selalu ada di samping kak Gabriel. Kakak nggak mungkin bisa bantu kak Gabriel setiap saat, karna kakak punya kesibukan kakak sendiri. Kakak, kamu, kak Gabriel punya masa depan sendiri, punya cita-cita yang mesti di perjuangkan. Kita nggak boleh gara-gara seseorang masa depan kita terabaikan. Inget waktu nggak mungkin terulang kembali, semua yang terjadi nggak mungkin bisa kita ubah, maka dari itu lakukan yang terbaik yang bisa kamu lakukan.” Ujar Calista.
“iya kak, Sivia ngerti. Sivia bakalan nasehatin kak Gabriel. Makasih ya kak atas semua semangat yang telah kakak kasih buat Sivia sama kak Gabriel. You’re the best. Besok jam berapa berangkat?” Tanya Sivia.
“oke no problem. Jam 9 pagi.” Ujar Calista.
“udah dulu ya kak, maaf kalo Sivia sama Kak Gabriel nggak bisa nganter karna Sivia masih Latdis. Bye kakak. We Will be miss you :’( “ Ujar Sivia.
“bye honey. Me too” ujar Calista.
Sivia segera menuju kamar Gabriel. Tanpa mengetuk pintu lagi
“kakak” ujar Sivia sambil senyum-senyum
“knapa lo?” Ujar Gabriel acuh.
“kita ke rumah kak Calista yuk” ajak Sivia dengan penuh semangat.
“knapa? Toh dia juga bakalan ninggalin kita kan?” ujar Gabriel cuek.
“kakak, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Perpisahan ada karna ada pertemuan. Semua orang yang ada disamping kita nggak selamanya bersama kita.” Ujar Sivia yang kini merasa geram.
“oh gitu?” ujar Gabriel cuek.
“kakak ngerti nggak sih kak yang namanya agama? Kakak tahu kan sama Tuhan? Tuhan nggak bakalan ngasih cobaan diluar kemampuan umatnya, tuhan sudah mengukur batas kemampuan umatnya.” Ujar Sivia yang matanya kita tampak berkaca-kaca.
“trus, kalo tuhan sudah ngukur kemampuan umatnya. Knapa ada orang gila hah?” ujar Gabriel dengan kasarnya.
“kak, tuhan tahu semua yang makhluknya nggak tahu. Mereka itu nggak yakin dengan kemapuan mereka, mereka terlanjur menyerah dengan keadaan, mereka nggak tahu yang namanya tuhan akan selalu memberikan yang terbaik untuk umatnya. Kakak sadar nggak sih, kehidupan kita masih panjang, kita nggak boleh tergantung sama orang lain. Walaupun pada hakikatnya kita makhluk social, tapi kita harus berjuang untuk hidup kita sendiri.” Ujar Sivia yang kini meneteskan air mata.
“maafin kakak vi, kakak terlalu memikirkan hal-hal yang nggak mungkin bisa kakak lakuin lagi bareng Calista. Kakak bakalan rindu dengan motivasi-motivasi yang diberikannya untuk kita.” Ujar Gabriel sambil menghapus air mata yang membasahi wajah cantik adiknya.
“kita harus yakin kak kita bisa tanpa kak Calista, kita bisa melakukan yang terbaik tanpa kak Calista.” Ujar Sivia sambil memeluk erat kakaknya.
“iya adik ku sayang” ujar Gabriel sambil mengacak-acak rambut Sivia.
“ikh kakak, ya udah yuk ke mall nyari sesuatu untuk kak Calista.” Ujar Sivia sambil berjalan keluar kamar Gabriel.
“oke, tunggu di bawah ya” ujar Gabriel.
Mereka pun pergi ke mall, satu per satu toko mereka masuki sampai akhirnya mereka sampai di sebuah toko yang terbilang sederhana tapi cukup menarik karna, pernak-pernik yang menghiasi toko ini sungguh elegant.sebuah toko yang bertemakan bintang, karna semua benda-benda yang dijual di toko itu berbentuk bintang semua.
“kak disini aja ya. Kakak cari deh yang mana menurut kakak cocok untuk kak Calista.” Ujar Sivia yang langsung melihat-lihat barang-barang disana.
“siip” ujar Gabriel.
Akhirnya sebuah kotak music kecil yang berbentuk bintang dengan hiasan yang berwarna-warni seperti pelangi menjadi piilhan Gabriel, sedangkan Sivia memilih sebuah benda yang berbentuk bintang yang terlihat biasa tapi, saat benda tersebut di tempatkan di tempat yang gelap akan memberikan cahaya yang berwarna-warni laksana pelangi.
“siap” ujar Gabriel.
“siap dong”ujar Sivia.
Mereka akhirnya pergi ke rumah Calista untuk mengucapkan selamat jalan dan memberikan sesuatu yang menurut mereka bisa membuat Calista ingat kepada mereka.
“kak Calista” teriak Sivia dari luar pagar rumah Calista.
“eh, Sivia, Iyel, ayo masuk” ujar Calista ramah sambil tersenyum manis.
“kak, selamat jalan ya, jangan lupain semua kengan-kenangan yang sudah kita alami bersama, jangan lupain aku sama kak Gabriel” ujar Sivia.
“pasti dong, kalian sesuatu yang berharga yang pernah kakak milikin, walau ini pahit, tapi tetap semangat ya. Yakinlah suatu saat entah kapan, dimana, kita akan bertemu kembali dalam suasana yang berbeda.” Ujar Calista bijak.
“iya , aku bakalan kangen sama kamu Ta, kamu baik-baik ya disana, raih semua impian kamu, jangan kecewain kita yang ngerelain kamu pergi,” ujar Gabriel.
“siip yel, kamu sama Sivia juga ya. Kita bakalan bertemu saat kita semua sudah berhasil meraih impian dan harapan kita semua.” Ujar Calista.
“pasti “ ujar Gabriel.
Mereka berbincang bincang sampai akhirnya waktu telah menunjukkan pukul 17.02 WIB.
“kak, kita pulang dulu ya, jaga diri baik baik.” Ujar Sivia,
“iya, kamu juga ya dek.” Ujar Calista.
“bye” ujar Gabriel sambil menghidupkan motornya.
“bye kak Calista, see you next time” ujar Sivia sambil melambaikan tangan.
“bye” balas Calista.
Pagi harinya Sivia telah bersiap-siap berangkat sekolah, Gabriel pun demikian.
“dek, inget ya. Kamu turutin aja apa kata senior, jangan ngebantah.” Ujar Gabriel
“siip” ujar Sivia sambil memberikan jempolnya pertanda dia telah ngerti akan hal itu.
Sivia dan teman-temannya yang lain mengikuti latdis dengan disiplin, tidak ada lagi yang terlambat, semua berjalan dengan lancar. Sivia melihat jam yang ada di tangan kirinya yang kini telah menunjukkan pukul 09.00 WIB pertanda bahwa pesawat yang ditumpangi Calista sudah take off. Di tempat yang lain Gabriel pun melakukan hal yang sama.
Continue >>>>>
maafkanlah cerita gaje ku ini :)
Simple love #part 2
♥Simple Love ♥
Ketika cinta datang menentramkan jiwa, ketika cinta pergi meninggalkan luka.
***********
Setelah sekitar 5 menit mereka berkeliling dengan 2 kali putaran akhirnya sang SENIOR memanggil mereka.
“sudah cukup lari larinya, kalian kesini mau apa?” ujar RAY yang pura pura tidak tau maksud kedatangan anak anak ini.
“kita disuruh minta tanda tangan kak Ray sama kak Riko” ujar Sivia.
“penting ya buat kalian?” ujar Ray yang sedikit keliatan acuh tak acuh.
“penting kak, jadi kami harus minta tanda tangan kakak” ujar Cakka yang mencoba menjawab pertanyaan pertanyaandari Ray.
“oke, tapi kalian harus janji kalian harus ikut ekskul pramuka sewaktu pembagian ekskul.” Ujar Ray yang mencoba memerikan alteratif pilhan kepada anak anak ini.
“kak, bukannya itu hak kami mau pilih ekskul apa?” ujar Ify yang dari awal ingin masuk PMR dan mencoba mempertahankan apa yang dia inginkan.
“ya udah kalo nggak mau ya kakak juga nggak bakalan ngasih tanda tangan nya, biarin deh kalian kena hukum Agni” ujar Ray dengan gaya yang mengisyaratkan bahwa anak anak ini harus masuk Pramuka.
“kak emanga nggak ada cara lain? Ekskul itukan hak kami, kalo di paksain nanti kami nggak betah di Pramuka.” Ujar Sivia.
“oke, kalau begitu kalian harus mecari senior yang julukannya Pupbay segera” ujar Ray yang langsung memberi perintah dan berpikir bahwa anak anak itu tidak mengenal Rio yang julukannya Pupbay.
“oke kan segera” ujar Sivia bersemangat karna dia tahu siapa itu Pupbay, siapa lagi kalo bukan kak Rio yang sering main ke rumah nya.
Sivia, Ify, Alvin, dan Cakka segera mencari siapa itu Pupbay, Sivia yang nampak optimis memimpin perjalanan itu dan akhirnya mereka sampai di depan ruangan dengan gambar Bulan di depan pintunya.
“Vi, kamu tau siapa itu Pupbay?” ujar Alvin yang sedikit pesimis.
“tau dong itu kan kak Rio julukannya Pupbay, kak Rio itu sahabat kakak ku, setiap hari Sabtu pasti nongkrong di rumahku” ujar Sivia yang langsung masuk kedalam ruang itu.
“permisi senior kami izin masuk” ujar Sivia ramah.
“ya silahkan.” Ujar Rio dengan sedikit senyum di wajahnya.
Anak anak tadi segera masuk dan meyampaikan maksud kedatangan mereka.
“kak Rio bisa bantu kami?”ujar Ify sedikit takut.
“bantu apa?”ujar Rio yang sekarang wajahnya datar tanpa ekspresi sama sekali.
“kita kesini mau minta bantuan kakak, kita disuruh kak Ray mencari senior dengan julukan PUPBAY.”ujar Ify mencoba menjelaskan.
“PUPBAY?” Rio melirik Sivia, dan Sivia membalas dengan senyuman kecil.
“ok, Raynald dimana?” ujar Rio.
“di halaman kak” ujar Ify.
Mereka pun berjalan menuju halaman. Betapa terkejutnya Ray sewaktu ia melihat anak anak tadi datang bersama Rio.
“hey Ray, nyusahin aja. Bentar lagi ISHOMA habis buruan gih kasih tanda tangan” ujar Rio yang langsung kembali ke ruangan nya.
“untung aja ada kak Rio kalau nggak, bisa bisa masuk Pramuka beneran” batin Ify yang merasa lega.
“oke, ni tanda tangan kakak.” Ujar Ray yang langsung menandatangi kertas yang di bawa anak anak itu.
Setelah mendapatkan tanda tangan Ray mereka berlarian melihat seorang anak lelaki yangberjalan keluar dari ruang tempat Ray bertugas, siapa lagi kalau bukan Riko.
“kak Riko tunggu sebentar kak” ujar Cakka
Riko yang mendengar ada suara memanggilnya segera menoleh ke belakang.
“ada apa?” ujar Riko tanpa ekspresi.
“kita mau minta tanda tangan kakak” sambung Cakka dengan raut wajah penuh senyum.
“mana kertasnya?” ujar Riko seperti mau tidak mau.
“ini kak” ujar Cakka kembali tersenyum walaupun seniornya cuek kepadanya.
“ini” ujar Riko sambil memberikan kertas yagn telah di tanda tanganinya.
“terima kasih kak Riko” ujar anak anak itu kompak.
Riko tidak menjawab dan langsung meninggalkan anak anak tadi.
“ya walaupun kak Riko cuek tapi dia baik ya nggak minta apa apa dari kita, syukur deh” ujar Alvin dengan menarik nafas lega yang sedari diam sewaktu senior memerintah sekarang akhirnya berani membuka suara.
“ye elah vin, lo kemana nyawa lo dari tadi?” ujar Cakka sambil melirik Alvin.
“sorry cak, gue tegang banget berhadapan dengan senior senior apa lagi sama yanga namanya singa ngamuk, bisa bisa nyawa gue beneran ileng dan nggak akan sudih balik lagi.” Ujar Alvin sambil tertawa.
“sudah sudah, ini bukan waktunya bercanda, inget kita masih punya satu senior lagi, kak Irsyad.” Ujar Ify sedikit kesal melihat tingkah laku sepupunya.
“tenang fy, gue tau abang Irsyad kan?” ujar Cakka dengan gaya sok kenal.
“abang abang, abang dari emak lo yang mana Cak?” ujar Alvin mulai meledek lagi.
“gue serius kodok, abang Irsyad itu temen gue waktu les music, eh itu dia orang nya” ujar Cakka.
“kak Irsyad” teriak mereka berbarengan.
“iya ada apa?” ujar Irsyad dengan wajah tanpa ekspresi.
Lagi lagi raut wajah seperti ini yang di tunjukkan senior mereka. Tapi mereka tetap tersenyum kepada semua senior mereka.
“kak, boleh minta tanda tangannya?” ujar Cakka.
“ehm, mana kertasnya?” ujar Irsyad
“ini” ujar Cakka memberikan selembar kertas berwarna putih dengan 4 buah tabel yang diberi nama nama senior dan tingga 1 tabel yang belum di tanda tangani yaitu atas nama Fakhrul Irsyad.
Irsyad pun menanda tangani kertas itu dan langsung memberikannya kepada anak anak itu.
“terima kasih kak Irsyad” ujar anak anak itu ramah.
“sama sama” ujar Irsyad yang langsung pergi meninggalkan anak anak itu.
“akhirnya, alhamdulillah, thanks god, ya udah sekarang kita keruang kak Agni yuk.” Ajak Ify.
Akhirnya mereka bergegas ke ruangan Agni, sewaktu Agni melihat anak anak ini masuk keruangan nya, rasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat itu muncul seketika. Anak anak yang dikiranya manja, tidak bertanggung jawab, pengecut, ternyata salah. Anak anak ini justru mengerjakan tugas mereka dengan baik.
“permisi senior izin masuk” ujar mereka bersama sama.
“iya silahkan” ujar Agni dengan raut wajah sama seperti sebelumnya.
“bagaimana tugasnya?” ujar Agni
“selesai senior, ini kertasnya” ujar Ify sambil terseyum.
“kalian menghabiskan waktu selama 30 menit, selain tanda tangan apa yang bisa kalian dapat dari tugas yang saya berikn?” tanya Agni kepada mereka.
“kebersamaan dan kekompakan” ujar Sivia.
“tau lebih banyak senior dari pada teman teman yang lain” tambah Ify.
“lebih dahulu mengenal lingkungan SEVA di banding teman teman yang lain” ujar Cakka.
“tau nama nama panggilan senior senior seperti PUPBAY” ujar Alvin.
“hey, kamu siapa nama kamu?” ujar Agni.
“Alvin, emang kenapa senior?” ujar Alvin.
“kamu tau apa singatan PUPBAY?” ujar Agni.
“Putra Lebay?” ujar Alvin
“itu berarti kamu ngatain senior sekarang kamu push up 20 kali, yang lain boleh ke AULA, dan tinggalin Alvin sendirian disini, tidak ada yang membantah, cepat!” ujar Agni dengan suara meninggi.
“baik senior” ujar Mereka.
Sivia, Ify dan Cakka segera menuju Aula sedangkan Alvin masih push up sebanyak 20 kali, karna push up nya salah salahan jadi di ulang sampai benar. Butuh waktu 10 menit bagi Alvin untuk menyelesaikan push up nya, setelah di perolehkan menyusul teman teman nya di mushola alvin segera menuju Aula. Alvin mengambil jalan di samping ruangan Agni yang terdapat jalan menuju Aula yang sebelumnya melewati taman sekolah. Tanpa sengaja Alvin melihat Iyel lagi adu mulut dengan Calista. Entah apa yang di bicarakan, Alvin tak mendengar dengan jelas, takut mengganggu akhirnya Alvin memutuskan untuk duduk di samping semak semak yang tumbuh tinggi sebatas pinggang nya. Akhirnya Alvin tertidur karna merasa capek akibat push up tadi.
“hey alvin mana sih? Udah 30 menit dia nggak balik balik. Tu kak Agni udah sampai ke sini masa’ Alvin belum sampai sampai?” ujar Cakka khawatir.
“tumben cak lo khawatir sama Alvin, biasanya lo ngajakin dia berantem mulu. Heheh “ Ujar Ify sedikit meledek.
“walaupun begitu dia tetep sepupu kita fy, entah dia tulalit lah, tapi dia kan kocak, ntar gue nggak ada temen untuk di usilin lagi deh.” Ujar Cakka.
“udah deh mending kita tanya sama kak Agni aja dulu, Alvinnya kemana.”ujar Sivia mengambil solusi.
“yuk Vi” ujar Ify.
“permisi kak Agni kami mau tanya Alvinnya kemana ya?” ujar Ify.
“udah 15 menit yang lalu dia kakak suruh ke Aula.” Ujar Agni.
“gitu ya kak. Kak apa boleh kami mencari Alvin di luar? Mungkin di kesasar.” Ujar Sivia.
“ya, ini peta SEVA, setelah bertemu Alvin nanti bilangin ke dia temuin kakak di ruang kakak lagi ya sekitar 30 menit lagi” ujar Agni.
“baik kak” uajr Ify.
Akhirnya mereka mencari Alvin di mulai dari daerah belakang aul, samping aula, dan akhirnya mereka memutuskan untuk melewati ruang Agni lagi. Dimana mana tidak ada sampai akhirnya mereka melewati taman sekolah. Mereka mendengar dengkuran seseorang.
“Fy, kamu denger suara sesuatu?” ujar Sivia,
“bentar deh, aku denger dulu….. kayaknya suara dengkuran seseorang, suaranya di balik semak semak itu Vi” ujar Ify.
“ALVINNNNNNNNNNNNNN” teriak mereka serempak dan cukup keras yang mengakibatkan Alvin terbangun dari tidurnya.
“kalian ngapain disini bukannya di Aula, yuk kesana ntar telat.” Ujar Alvin yang tak sadar sekarang sudah jam berapa.
“alvin ngapain lo tidur disini?” ujar Ify dengan raut wajah kesal.
“sorry fy, tadi gue ketiduran. Niatnya sih cuman duduk sebentar habisnya tadi ada kak Iyel sama cewek lagi berantem, kan enggak enak kalo gue lewat. Eh, tau taunya gue ketiduran.” Ujar Alvin.
“sama cewek? Apa itu kak Calista? Apa mungkin masalah itu lagi yang di bahas?” batin Sivia yang cemas dengan keadaan kakaknya itu. Walau terkesan cuek sama kakaknya tapi, untuk masalah perasaan kakaknya Sivia tahu betul. Akhirnya dia memutuskan untuk sms Gabriel.
To: Kakak Bawel
Kakak, are you ok?
Sms itu lama sekali di balas Gabriel, kecemasan itu muncul di benak Sivia.
“Apa mungkin kak Iyel putus sama kak Calista?” batin Sivia.
Sivia sudah begitu dekat dengan Calista, Calista selalu membantunya mengerjakan pr dan menjelaskan pelajaran yang Sivia tidak mengerti kalau Gabriel lagi sibuk dengan urusan OSIS nya. Sivia takut akan kehilangan Calista, Calista yang perhatian, yang selalu menghibur Sivia.
“Sivia are you ok?” ujar Ify sambil memegang pundak Sivia.
“hah apa Fy?” ujar Sivia tersadar dari lamunannya.
“kamu nggak apa kan Vi? HP kamu bunyi tuh” ujar Ify.
“oh iya ya, makasih ya” ujar Sivia.
From: Kakak Bawel
Ok :)
To : Kakak Bawel
Serius(?)
From : Kakak Bawel
Iya adik ku sayang :D
To : Kakak Bawel
Kakak, aku serius.
Kakak nggak jadi putus kan sama kak Calista (?)
From : Kakak Bawel
Nggak tau juga
To : Kakak Bawel
Kok bisa nggak tau juga kak.
Kak, kak calista beneran mau ke Sydney (?)
From : Kakak Bawel
Kayak nya iya Vi
Berkas berkas nya udah di urus sama ortunya :)
To : Kakak Bawel
Kakak jangan sok senyum senyum gitu
Cegah kak calista buat pergi
From : Kakak Bawel
Via, ada suatu saat kita harus merelakan orang yang kita cinta buat milih jalan hidupnya sendiri.
Kita harus rela.
Itu semua kan demi masa depan kak Calista.
To : Kakak Bawel
Jangan SOK.
Tadi kakak berantem kan sama kak Calista.
From : Kakak Bawel
Kamu tau dari mana ?
To : Kakak Bawel
Nggak penting dari mana.
From : Kakak Bawel
Kakak rela kok kak Calista pergi
Tapi, kak Calista minta putus
Itu yang nggak bisa kakak terima
To : Kakak Bawel
Alasan kak Calista apa?
From : Kakak Bawel
Takutnya kakak kelamaan nunggu
Karna kak Calista baru pulang 6 tahun lagi
Kak Calista ngasih kakak kesempatan untuk dapetin cinta yang baru:(
To : Kakak Bawel
Ya sudah kak
Masalah itu kakak sediri yang mutusin
From : Kakak Bawel
:-/
“Sivia lo smsan sama siapa. Kok raut wajah lo jadi sedih gitu?” uajr Alvin
“ada masalah Vin. Kakak Iel putus sama kak Calista” ujar Siviamenahan rasa sedih.
“kakak yang tadi?” ujar Alvin.
“iya, kak calista itu baik banget baik sebelum maupun sesudah jadian sama kak iel. Dia selalu ngajarin aku, ngibur aku, tapi sekarang kak Calista mau ke Sydney. padahal aku tau kak iel itu sayang banget sama kak Calista, kak Calista itu Cinta pertama kak Iel. Bisa di bayangin dong gimana rasanya” ujar Sivia dan akhirnya tetesan demi tetesan air mata Sivia berjatuhan tak kuasa menahan rasa kehilangan yang teramat dalam.
“sabar ya Vi, gue emang belum ngerasain kayak apa yang lo rasain, tapi gue pernah ngerasain sedih sewaktu anjing kesayangan gue mati.” Ujar Alvin sekenanya.
“emang rada rada deh lo Vin, masa’ kak Calista lo samain sama anjing lo yang mati?” ujar Ify.
“kan gue bilang gue belum pernah ngerasain kayak yang Sivia rasain, tapi gue pernah sedih waktu anjing kesayangan gue mati. Nggak nyamain tau” ujar Alvin.
“serah lo deh Vin” ujar Ify.
Sivia tak berhenti henti menangis, air matanya membasahi pipinya, matanya bengkak. Akhirnya Alvin memutuskan memberikan sapu tangan nya dan mengusapkan lembut ke pipi Sivia.
“Thanks Alvin” ujar Sivia terengah engah.
“No Problem” ujar Alvin tersenyum.
5 menit mereka di taman, menunggu sampai perasaan Sivia agak tenang.
“Vin, nanti jam 14.30 lo harus nemuin kak Agni.” Ujar Ify yang teringat akan amanat Agni.
“jiah… singa ngamuk lagi singa ngamuk lagi, cape’ deh “ ujar Alvin yang terlihat lesu dengan apa yang barusan dia degar .
Continue >>>>>>>>>>>>>
Ketika cinta datang menentramkan jiwa, ketika cinta pergi meninggalkan luka.
***********
Setelah sekitar 5 menit mereka berkeliling dengan 2 kali putaran akhirnya sang SENIOR memanggil mereka.
“sudah cukup lari larinya, kalian kesini mau apa?” ujar RAY yang pura pura tidak tau maksud kedatangan anak anak ini.
“kita disuruh minta tanda tangan kak Ray sama kak Riko” ujar Sivia.
“penting ya buat kalian?” ujar Ray yang sedikit keliatan acuh tak acuh.
“penting kak, jadi kami harus minta tanda tangan kakak” ujar Cakka yang mencoba menjawab pertanyaan pertanyaandari Ray.
“oke, tapi kalian harus janji kalian harus ikut ekskul pramuka sewaktu pembagian ekskul.” Ujar Ray yang mencoba memerikan alteratif pilhan kepada anak anak ini.
“kak, bukannya itu hak kami mau pilih ekskul apa?” ujar Ify yang dari awal ingin masuk PMR dan mencoba mempertahankan apa yang dia inginkan.
“ya udah kalo nggak mau ya kakak juga nggak bakalan ngasih tanda tangan nya, biarin deh kalian kena hukum Agni” ujar Ray dengan gaya yang mengisyaratkan bahwa anak anak ini harus masuk Pramuka.
“kak emanga nggak ada cara lain? Ekskul itukan hak kami, kalo di paksain nanti kami nggak betah di Pramuka.” Ujar Sivia.
“oke, kalau begitu kalian harus mecari senior yang julukannya Pupbay segera” ujar Ray yang langsung memberi perintah dan berpikir bahwa anak anak itu tidak mengenal Rio yang julukannya Pupbay.
“oke kan segera” ujar Sivia bersemangat karna dia tahu siapa itu Pupbay, siapa lagi kalo bukan kak Rio yang sering main ke rumah nya.
Sivia, Ify, Alvin, dan Cakka segera mencari siapa itu Pupbay, Sivia yang nampak optimis memimpin perjalanan itu dan akhirnya mereka sampai di depan ruangan dengan gambar Bulan di depan pintunya.
“Vi, kamu tau siapa itu Pupbay?” ujar Alvin yang sedikit pesimis.
“tau dong itu kan kak Rio julukannya Pupbay, kak Rio itu sahabat kakak ku, setiap hari Sabtu pasti nongkrong di rumahku” ujar Sivia yang langsung masuk kedalam ruang itu.
“permisi senior kami izin masuk” ujar Sivia ramah.
“ya silahkan.” Ujar Rio dengan sedikit senyum di wajahnya.
Anak anak tadi segera masuk dan meyampaikan maksud kedatangan mereka.
“kak Rio bisa bantu kami?”ujar Ify sedikit takut.
“bantu apa?”ujar Rio yang sekarang wajahnya datar tanpa ekspresi sama sekali.
“kita kesini mau minta bantuan kakak, kita disuruh kak Ray mencari senior dengan julukan PUPBAY.”ujar Ify mencoba menjelaskan.
“PUPBAY?” Rio melirik Sivia, dan Sivia membalas dengan senyuman kecil.
“ok, Raynald dimana?” ujar Rio.
“di halaman kak” ujar Ify.
Mereka pun berjalan menuju halaman. Betapa terkejutnya Ray sewaktu ia melihat anak anak tadi datang bersama Rio.
“hey Ray, nyusahin aja. Bentar lagi ISHOMA habis buruan gih kasih tanda tangan” ujar Rio yang langsung kembali ke ruangan nya.
“untung aja ada kak Rio kalau nggak, bisa bisa masuk Pramuka beneran” batin Ify yang merasa lega.
“oke, ni tanda tangan kakak.” Ujar Ray yang langsung menandatangi kertas yang di bawa anak anak itu.
Setelah mendapatkan tanda tangan Ray mereka berlarian melihat seorang anak lelaki yangberjalan keluar dari ruang tempat Ray bertugas, siapa lagi kalau bukan Riko.
“kak Riko tunggu sebentar kak” ujar Cakka
Riko yang mendengar ada suara memanggilnya segera menoleh ke belakang.
“ada apa?” ujar Riko tanpa ekspresi.
“kita mau minta tanda tangan kakak” sambung Cakka dengan raut wajah penuh senyum.
“mana kertasnya?” ujar Riko seperti mau tidak mau.
“ini kak” ujar Cakka kembali tersenyum walaupun seniornya cuek kepadanya.
“ini” ujar Riko sambil memberikan kertas yagn telah di tanda tanganinya.
“terima kasih kak Riko” ujar anak anak itu kompak.
Riko tidak menjawab dan langsung meninggalkan anak anak tadi.
“ya walaupun kak Riko cuek tapi dia baik ya nggak minta apa apa dari kita, syukur deh” ujar Alvin dengan menarik nafas lega yang sedari diam sewaktu senior memerintah sekarang akhirnya berani membuka suara.
“ye elah vin, lo kemana nyawa lo dari tadi?” ujar Cakka sambil melirik Alvin.
“sorry cak, gue tegang banget berhadapan dengan senior senior apa lagi sama yanga namanya singa ngamuk, bisa bisa nyawa gue beneran ileng dan nggak akan sudih balik lagi.” Ujar Alvin sambil tertawa.
“sudah sudah, ini bukan waktunya bercanda, inget kita masih punya satu senior lagi, kak Irsyad.” Ujar Ify sedikit kesal melihat tingkah laku sepupunya.
“tenang fy, gue tau abang Irsyad kan?” ujar Cakka dengan gaya sok kenal.
“abang abang, abang dari emak lo yang mana Cak?” ujar Alvin mulai meledek lagi.
“gue serius kodok, abang Irsyad itu temen gue waktu les music, eh itu dia orang nya” ujar Cakka.
“kak Irsyad” teriak mereka berbarengan.
“iya ada apa?” ujar Irsyad dengan wajah tanpa ekspresi.
Lagi lagi raut wajah seperti ini yang di tunjukkan senior mereka. Tapi mereka tetap tersenyum kepada semua senior mereka.
“kak, boleh minta tanda tangannya?” ujar Cakka.
“ehm, mana kertasnya?” ujar Irsyad
“ini” ujar Cakka memberikan selembar kertas berwarna putih dengan 4 buah tabel yang diberi nama nama senior dan tingga 1 tabel yang belum di tanda tangani yaitu atas nama Fakhrul Irsyad.
Irsyad pun menanda tangani kertas itu dan langsung memberikannya kepada anak anak itu.
“terima kasih kak Irsyad” ujar anak anak itu ramah.
“sama sama” ujar Irsyad yang langsung pergi meninggalkan anak anak itu.
“akhirnya, alhamdulillah, thanks god, ya udah sekarang kita keruang kak Agni yuk.” Ajak Ify.
Akhirnya mereka bergegas ke ruangan Agni, sewaktu Agni melihat anak anak ini masuk keruangan nya, rasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat itu muncul seketika. Anak anak yang dikiranya manja, tidak bertanggung jawab, pengecut, ternyata salah. Anak anak ini justru mengerjakan tugas mereka dengan baik.
“permisi senior izin masuk” ujar mereka bersama sama.
“iya silahkan” ujar Agni dengan raut wajah sama seperti sebelumnya.
“bagaimana tugasnya?” ujar Agni
“selesai senior, ini kertasnya” ujar Ify sambil terseyum.
“kalian menghabiskan waktu selama 30 menit, selain tanda tangan apa yang bisa kalian dapat dari tugas yang saya berikn?” tanya Agni kepada mereka.
“kebersamaan dan kekompakan” ujar Sivia.
“tau lebih banyak senior dari pada teman teman yang lain” tambah Ify.
“lebih dahulu mengenal lingkungan SEVA di banding teman teman yang lain” ujar Cakka.
“tau nama nama panggilan senior senior seperti PUPBAY” ujar Alvin.
“hey, kamu siapa nama kamu?” ujar Agni.
“Alvin, emang kenapa senior?” ujar Alvin.
“kamu tau apa singatan PUPBAY?” ujar Agni.
“Putra Lebay?” ujar Alvin
“itu berarti kamu ngatain senior sekarang kamu push up 20 kali, yang lain boleh ke AULA, dan tinggalin Alvin sendirian disini, tidak ada yang membantah, cepat!” ujar Agni dengan suara meninggi.
“baik senior” ujar Mereka.
Sivia, Ify dan Cakka segera menuju Aula sedangkan Alvin masih push up sebanyak 20 kali, karna push up nya salah salahan jadi di ulang sampai benar. Butuh waktu 10 menit bagi Alvin untuk menyelesaikan push up nya, setelah di perolehkan menyusul teman teman nya di mushola alvin segera menuju Aula. Alvin mengambil jalan di samping ruangan Agni yang terdapat jalan menuju Aula yang sebelumnya melewati taman sekolah. Tanpa sengaja Alvin melihat Iyel lagi adu mulut dengan Calista. Entah apa yang di bicarakan, Alvin tak mendengar dengan jelas, takut mengganggu akhirnya Alvin memutuskan untuk duduk di samping semak semak yang tumbuh tinggi sebatas pinggang nya. Akhirnya Alvin tertidur karna merasa capek akibat push up tadi.
“hey alvin mana sih? Udah 30 menit dia nggak balik balik. Tu kak Agni udah sampai ke sini masa’ Alvin belum sampai sampai?” ujar Cakka khawatir.
“tumben cak lo khawatir sama Alvin, biasanya lo ngajakin dia berantem mulu. Heheh “ Ujar Ify sedikit meledek.
“walaupun begitu dia tetep sepupu kita fy, entah dia tulalit lah, tapi dia kan kocak, ntar gue nggak ada temen untuk di usilin lagi deh.” Ujar Cakka.
“udah deh mending kita tanya sama kak Agni aja dulu, Alvinnya kemana.”ujar Sivia mengambil solusi.
“yuk Vi” ujar Ify.
“permisi kak Agni kami mau tanya Alvinnya kemana ya?” ujar Ify.
“udah 15 menit yang lalu dia kakak suruh ke Aula.” Ujar Agni.
“gitu ya kak. Kak apa boleh kami mencari Alvin di luar? Mungkin di kesasar.” Ujar Sivia.
“ya, ini peta SEVA, setelah bertemu Alvin nanti bilangin ke dia temuin kakak di ruang kakak lagi ya sekitar 30 menit lagi” ujar Agni.
“baik kak” uajr Ify.
Akhirnya mereka mencari Alvin di mulai dari daerah belakang aul, samping aula, dan akhirnya mereka memutuskan untuk melewati ruang Agni lagi. Dimana mana tidak ada sampai akhirnya mereka melewati taman sekolah. Mereka mendengar dengkuran seseorang.
“Fy, kamu denger suara sesuatu?” ujar Sivia,
“bentar deh, aku denger dulu….. kayaknya suara dengkuran seseorang, suaranya di balik semak semak itu Vi” ujar Ify.
“ALVINNNNNNNNNNNNNN” teriak mereka serempak dan cukup keras yang mengakibatkan Alvin terbangun dari tidurnya.
“kalian ngapain disini bukannya di Aula, yuk kesana ntar telat.” Ujar Alvin yang tak sadar sekarang sudah jam berapa.
“alvin ngapain lo tidur disini?” ujar Ify dengan raut wajah kesal.
“sorry fy, tadi gue ketiduran. Niatnya sih cuman duduk sebentar habisnya tadi ada kak Iyel sama cewek lagi berantem, kan enggak enak kalo gue lewat. Eh, tau taunya gue ketiduran.” Ujar Alvin.
“sama cewek? Apa itu kak Calista? Apa mungkin masalah itu lagi yang di bahas?” batin Sivia yang cemas dengan keadaan kakaknya itu. Walau terkesan cuek sama kakaknya tapi, untuk masalah perasaan kakaknya Sivia tahu betul. Akhirnya dia memutuskan untuk sms Gabriel.
To: Kakak Bawel
Kakak, are you ok?
Sms itu lama sekali di balas Gabriel, kecemasan itu muncul di benak Sivia.
“Apa mungkin kak Iyel putus sama kak Calista?” batin Sivia.
Sivia sudah begitu dekat dengan Calista, Calista selalu membantunya mengerjakan pr dan menjelaskan pelajaran yang Sivia tidak mengerti kalau Gabriel lagi sibuk dengan urusan OSIS nya. Sivia takut akan kehilangan Calista, Calista yang perhatian, yang selalu menghibur Sivia.
“Sivia are you ok?” ujar Ify sambil memegang pundak Sivia.
“hah apa Fy?” ujar Sivia tersadar dari lamunannya.
“kamu nggak apa kan Vi? HP kamu bunyi tuh” ujar Ify.
“oh iya ya, makasih ya” ujar Sivia.
From: Kakak Bawel
Ok :)
To : Kakak Bawel
Serius(?)
From : Kakak Bawel
Iya adik ku sayang :D
To : Kakak Bawel
Kakak, aku serius.
Kakak nggak jadi putus kan sama kak Calista (?)
From : Kakak Bawel
Nggak tau juga
To : Kakak Bawel
Kok bisa nggak tau juga kak.
Kak, kak calista beneran mau ke Sydney (?)
From : Kakak Bawel
Kayak nya iya Vi
Berkas berkas nya udah di urus sama ortunya :)
To : Kakak Bawel
Kakak jangan sok senyum senyum gitu
Cegah kak calista buat pergi
From : Kakak Bawel
Via, ada suatu saat kita harus merelakan orang yang kita cinta buat milih jalan hidupnya sendiri.
Kita harus rela.
Itu semua kan demi masa depan kak Calista.
To : Kakak Bawel
Jangan SOK.
Tadi kakak berantem kan sama kak Calista.
From : Kakak Bawel
Kamu tau dari mana ?
To : Kakak Bawel
Nggak penting dari mana.
From : Kakak Bawel
Kakak rela kok kak Calista pergi
Tapi, kak Calista minta putus
Itu yang nggak bisa kakak terima
To : Kakak Bawel
Alasan kak Calista apa?
From : Kakak Bawel
Takutnya kakak kelamaan nunggu
Karna kak Calista baru pulang 6 tahun lagi
Kak Calista ngasih kakak kesempatan untuk dapetin cinta yang baru:(
To : Kakak Bawel
Ya sudah kak
Masalah itu kakak sediri yang mutusin
From : Kakak Bawel
:-/
“Sivia lo smsan sama siapa. Kok raut wajah lo jadi sedih gitu?” uajr Alvin
“ada masalah Vin. Kakak Iel putus sama kak Calista” ujar Siviamenahan rasa sedih.
“kakak yang tadi?” ujar Alvin.
“iya, kak calista itu baik banget baik sebelum maupun sesudah jadian sama kak iel. Dia selalu ngajarin aku, ngibur aku, tapi sekarang kak Calista mau ke Sydney. padahal aku tau kak iel itu sayang banget sama kak Calista, kak Calista itu Cinta pertama kak Iel. Bisa di bayangin dong gimana rasanya” ujar Sivia dan akhirnya tetesan demi tetesan air mata Sivia berjatuhan tak kuasa menahan rasa kehilangan yang teramat dalam.
“sabar ya Vi, gue emang belum ngerasain kayak apa yang lo rasain, tapi gue pernah ngerasain sedih sewaktu anjing kesayangan gue mati.” Ujar Alvin sekenanya.
“emang rada rada deh lo Vin, masa’ kak Calista lo samain sama anjing lo yang mati?” ujar Ify.
“kan gue bilang gue belum pernah ngerasain kayak yang Sivia rasain, tapi gue pernah sedih waktu anjing kesayangan gue mati. Nggak nyamain tau” ujar Alvin.
“serah lo deh Vin” ujar Ify.
Sivia tak berhenti henti menangis, air matanya membasahi pipinya, matanya bengkak. Akhirnya Alvin memutuskan memberikan sapu tangan nya dan mengusapkan lembut ke pipi Sivia.
“Thanks Alvin” ujar Sivia terengah engah.
“No Problem” ujar Alvin tersenyum.
5 menit mereka di taman, menunggu sampai perasaan Sivia agak tenang.
“Vin, nanti jam 14.30 lo harus nemuin kak Agni.” Ujar Ify yang teringat akan amanat Agni.
“jiah… singa ngamuk lagi singa ngamuk lagi, cape’ deh “ ujar Alvin yang terlihat lesu dengan apa yang barusan dia degar .
Continue >>>>>>>>>>>>>
The Rainbiw of friendship :)
The Rainbow of Friendship
Kehidupan itu penuh dengan cerita, penuh dengan warna selayaknya pelangi yang selalu datang seusai hujan. Pelangi yang memberikan warna warni di langit, pelangi yang selalu dinanti oleh orang-orang yang mengaguminya.
“ehm… pagi yang indah ditemani dengan pelangi yang cantik” ujar seorang gadis sambil tersenyum memandangi pelangi yang berada diluar jendela kamarnya.
Sivia segera menyiapkan perlengkapan sekolahnya dan langsung menuju ruang makan. Diruang makan tampak seorang anak lelaki yang sedang lahap memakan rotinya.
“Alvin tumben pagi pagi udah kesini ada perlu apa?”ujar Sivia.
“aku mau ngajakin kamu pergi bareng kesekolah ” ujar Alvin.
“oh, ya udah habisin dulu rotinya baru berangkat kesekolah” ujar Sivia.
“ok” ujar Alvin.
Sivia dan Alvin sudah bersahabat sejak kecil, rumah Alvin tepat berada di samping rumah Sivia, sehingga mereka sering menghabiskan waktu bersama.
5 menit berlalu, Sivia dan Alvin telah selesai sarapan. Alvin segera menghidupkan motornya.
“oh, ini motor yang kamu bilang kemarin?” ujar Sivia berjalan mengelilingi motor yang ada di depannya.
“gimana? Keren kan? Pasti Ozy dan genknya nggak akan menyombongkan motor barunya lagi, karna motor ku ini lebih keren dibanding motor mereka.” Ujar Alvin yang teringat kesombongan Ozy kepada teman teman satu sekolahnya.
“ya sudah Vin, orang kayak Ozy jangan di tanggepin. Biarin dia mau bilang apa.”
“ok bos. yuk berangkat ntar keburu macet” ujar Alvin yang segera menaiki motornya.
Perlu 15 menit dari rumah mereka menuju sekolah, dan ditambah macetnya Jakarta. Teriknya matahari tak menghalangi kedua anak ini untuk pergi ke sekolah. Untungnya mereka pergi menaiki sepeda motor kalau menggunakan mobil pasti akan lebih lama lagi untuk sampai ke sekolah. Dari kejauhan tampak gerbang sekolah yang tinggi menjulang di tambah anak-anak yang berbondong-bondong masuk ke dalam sekolah itu.
Alvin segera meletakkan motornya di tempat parkir. Tanpa Alvin sadari Ozy memandangi motor Alvin Muncul niat buruk Ozy untuk mengerjai Alvin, dan kebetulan pacar Ozy hari ini pindah ke sekolah yang sama dengan Ozy sehingga cara Ozy untuk mengerjai Alvin semakin mudah.
Bel masuk pun berbunyi, semua anak berlarian menuju kelasnya masing masing. Di kelas X. 4 datang seorang wanita ditemani seorang anak perempuan.
“Good morning class, today we have a new student from Yogyakarta. Ok girl can you introduce your self.” Ujar Miss Winda kepada anak perempuan itu.
“hello guys, my name is Ashilla Zahrantiara. You can call me Shilla. I come from Binus School. I live on Kamboja street no. 9 in Jakarta. Ok, I hope we can be friendship.” Ujar Shilla dengan fasihnya berbicara bahasa Inggris.
“ok, Shilla you can sitdown beside Alvin.” Ujar Miss Winda yang melihat bangku di samping Alvin kosong karena Irsyad tidak masuk hari ini.
“thanks miss” ujar Shilla sambil tersenyum.
Selama pelajaran bahasa Inggris Alvin hanya memandangi wajah Shilla, dia sama sekali tak memperhatikan Miss Winda mengajar. Sementara itu Sivia merasa risih dengan perlakuan Alvin. 1 jam pun berlalu begitu cepat, tak cukup 1 jam bagi Alvin untuk melihat senyum manis yang terukir indah di wajah gadis itu.
“ok class I give you home work for Friday, you can do exercise 8. ok thanks for your attention, see you next time.” Ujar Miss Winda kemudian meninggalkan kelas.
“Shilla mau ikut ke kantin?” ujar Alvin ramah.
“Ehm, boleh.” Ujar Shilla sambil tersenyum manis kepada Alvin.
“Vin, kayaknya aku nyusul aja ya. Aku mau ke perpus dulu” ujar Sivia sambil berjalan meninggalkan Alvin dan Shilla.
“Ok Vi.” Ujar Alvin.
“Cewek tadi siapa Vin?” ujar Shilla ramah.
“Itu Sivia sahabat aku. Yuk buruan, ntar rame nggak dapet tempat duduk” ujar Alvin.
Seperti dugaan Alvin, kantin sangat ramai di padati siswa siswi Global Islamic School. Untungnya Cakka dan Debo telah selesai makan, sehingga Alvin dan Shilla bisa duduk disana walau hanya 2 bangku di sudut kantin. Sementara itu Sivia hanya duduk di sebuah bangku taman. Sivia mengurungkan niatnya untuk pergi ke perpustakaan dan lebih memilih pergi ke Secret Garden, sebuah taman kecil yang berada di belakang sekolahnya. Tiba-tiba gerimis datang seakan-akan melukiskan perasaan Sivia saat ini. Entah mengapa Sivia kini merasa risih dengan perlakuan Alvin. Tetesan air hujan membasahi wajah Sivia, tapi dia tidak beranjak sama sekali dari tempat duduknya. Tiba tiba ada seseorang lelaki yang duduk disampingnya.
“kemana bodyguard mu?” ujar Gabriel.
“body guard yang mana kak?” ujar Sivia heran.
“itu loh yang selalu sama kamu kemana mana itu?” ujar Gabriel.
“oh Alvin maksud kakak? Alvin lagi sama Shilla di kantin.” Ujar Sivia.
“siapa Shilla? kenapa kamu nggak ikut?” tanya Gabriel lagi.
“Shilla itu anak baru di kelas kami. Lagian aku lagi pengen sendiri kak” ujar Sivia.
“nggak lagi marahan kan? Atau cemburu gitu karna body guard nya punya bos baru?” ujar Gabriel.
“nggak kok kak, aku lagi nggak laper” ujar Sivia.
“ya udah kakak duluan ya Siv” ujar Gabriel kemudian meniggalkan Sivia sendirian disana.
“iya kak” ujar Sivia ramah.
Gerimis pun berhenti tiba tiba datang sebuah pelangi yang cantik menghiasi langit yang kini tampak cerah.
“doooor” teriak seorang anak laki laki dari belakang Sivia.
“Alvin” ujar Sivia kesal.
“eits jangan marah dong.” ujar Alvin yang kini duduk di samping Sivia.
“Vin” ujar Sivia.
“apa” jawab Alvin.
“kalo kamu udah deket sama Shilla jangan ninggalin aku sendirian ya” ujar Sivia.
“kok kamu mikir begitu Vi? kamu itu sahabat aku dari kecil, masa’ gara gara Shilla kita jauhan.” Ujar Alvin yang kini melihat raut kesedihan diwajah sahabatnya.
“janji ya vin” ujar Sivia.
“iya, aku janji demi Secret Garden ini” ujar Alvin yang mencoba meyakinkan sahabatnya.
“inget nggak Vin pertama kali kita ngasih nama tempat ini Secret Garden?” ujar Sivia.
“inget dong, kan waktu mos kita ngumpet di sini untuk ngindarin tugas dari kak Gabriel, gara-gara kejadian itu sekarang kak Gabriel yang sering kesini.” Ujar Alvin sambil tersenyum mengingat kejadian waktu itu, waktu pertama kali dia dan Sivia kena hukum.
“syukur deh kamu masih inget.” Ujar Sivia.
Bel masuk pun berbunyi semua anak memasuki ruang kelas masing masing. Sekarang waktunya pelajaran yang paling dibenci Alvin, yaitu Sosiologi.
“kenapa sih haruss ada pelajaran yagn membosankan ini” ujar Alvin.
“sosiologi itu sebenernya menyenangkan loh Vin, coba deh kamu perhatiin waktu gurunya menerangkan pasti kamu mudah mengerti” ujar Shilla.
“aku usahin deh” ujar Alvin.
1 jam kemudian bel berbunyi yagn menandakan waktu pelajaran sosiologi telah usai. Alvin sudah berusaha untuk menyukai pelajaran yang terkesan membosankan baginya itu, tapi tetap saja dia tidak bisa.
“Gimana Vin, udah mulai bisa suka pelajaran Sosiologi?” ujar Shilla.
“ehm, kayak nya udah deh Shil, makasih ya sarannya.” Ujar Alvin berbohong kepada Shilla.
“Vin, Shil, aku duluan ya, aku udah di jemput papa.” Ujar Sivia yang langsung meninggalkan kelas.
“hati-hati ya Vi” sahut Alvin sambil melambaikan tangan.
“Shil, mau aku anter pulang?” tanya Alvin.
“ehm, nggak usah deh Vin, aku udah ditunggu orang di luar.” Jawab Shilla.
“ya udah aku duluan ya” ujar Alvin.
Hari hari berjalan begitu hampa bagi Sivia, kini Alvin lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Shilla. Sivia merindukan saat-saat ia bermain bersama Alvin di balkon rumanhya, belajar bersama, bahkan mengganggu Patton adik Alvin. Setiap hari Sivia hanya melamun. Rio dan Ify yang tak tega melihat Sivia seperti itu terus mencoba menghibur Sivia, mencoba untuk berteman baik dengan Sivia. Walau terkesan berbeda dengan Alvin yang selalu bercanda, tapi Rio dan Ify selalu berusaha untuk meyakinkan Sivia bahwa ia tak sendiri, dia masih punya banyak teman seperti Ify dan Rio yang akan selalu ada untuknya.
Pada saat jam istirahat Sivia memutuskan untuk ke Secret Garden sendirian, tanpa Sivia sadari Ify mengikutinya dari belakang.
“ kenapa ya kok Alvin sekarang udah berubah, udah jarang main bareng aku lagi. Aku Cuma ingin Alvin nggak ninggalin aku, nggak sibuk dengan urusan pribadinya. Mungkin aku terlalu egois, seharusnya aku senang melihat Alvin dekat dengan Shilla. Tapi mungkin setelah Alvin menyatakan perasaannya kepadanya Shilla nanti siang Alvin bakalan berubah seperti dulu” Ujar Sivia sambil memandangi pelangi yang mulai menampakkan warna warninya di atas langit.
“nggak Vi, kamu nggak salah. Alvin emang bener bener berubah. Kamu tau Shilla itu siapa?” ujar Ify.
“sejak kapan kamu di sana? Emang kamu tau apa tentang Shilla?” ujar Sivia.
“Maaf kalo aku terlalu ikut campur urusan kalian, sebenernya aku tau ini kemarin sewaktu pulang sekolah, tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan Ozy sama seorang cewek,dan sewaktu aku melihatnya ternyata itu Shilla. Ozy menyuruh Shilla untuk mempermainkan perasaan Alvin, awalnya Shilla nggak mau tapi, Ozy ngomongin Alvin yang bukan bukan dan akhirnya Shilla mau menuruti perkataan Ozy” ujar Ify
“gawat Fy, pulang sekolah nanti Alvin mau nyatain perasaannya buat Shilla. Ayo Fy, sekarang kita nemuin Alvin.” Ujar Sivia yang langsung menarik tangan Ify dan berlari menuju kelasnya.
Dikelas tampak Alvin yang sedang duduk lemas memandangi coklat yang ada di tangannya dengan raut wajah yang tampak kecewa. “Alvin, aku mau ngomong, kita ke Secret Garden yuk” ujar Sivia ramah.
“ya udah” ujar Alvin
Akhirnya mereka menuju secret garden berdua tanpa Ify, karna Ify menghilang entah kemana.
“Vin, sebenernya Shilla itu udah punya pacar.” Ujar Sivia dengan hati hati takut menyinggung perasaan sahabatnya itu.
“aku udah tau kok Vi.” Ujar Alvin .
“kamu tau dari mana?” tanya Sivia.
“aku tau dari Rio, awalnya aku nggak percaya tapi, sewaktu aku menghubungkan kejadian kejadian yang menurutku aneh semua itu meyakinkan aku.” Ujar Alvin,
“aneh gimana?” ujar Sivia heran.
“aku sering banget liat Shilla ngobrol sembunyi sembunyi dengan Ozy, terus yang anehnya Shilla selalu menghalangi aku untuk bertemu kamu. Shilla bilang kamu nyuruh dia untuk nemenin aku ke toko buku setiap hari Minggu. Menurut aku, kamu nggak mungkin langsung ngomong ke dia. Pasti kamu ngomong dulu ke aku. Tapi sewaktu aku mau confirm ke kamu, shilla selalu menghalangi aku buat nelfon atau sekedar sms kamu. Aku minta maaf banget Vi sama kamu atas keegoisan aku dan janji aku yang aku ingkari sama kamu. Seharusnya aku ngasih coklat ini untuk kamu Vi , sahabat yang nggak mungkin ninggalin aku. Kamu nggak akan terganti Vi, maafin aku. You’re my bestfriend who ever I have.” Ujar Alvin.
“sekarang kalian nggak hanya berdua kalian sekarang punya kita berdua yang akan selalu ada buat kalian” ujar Ify.
“iya Fy, aku juga seneng skarang aku bukan hanya punya 1 sahabat tapi 3 sahabat sekaligus” ujar Sivia.
“iya aku juga, maafin aku ya temen temen.” Ujar Alvin.
“ok” ujar Ify dan Rio bersamaan.
“eh, liat deh pelangi itu, warnanya bagus banget.” Ujar Rio sambil menunjuk sebuah pelangi yang tampak terang melukiskan warna indahnya di langit biru.
“iya, indah banget dan aku harap pelangi itu akan seindah persahabatan kita yagn akan indah sampai kapan pun.” ujar Alvin sambil tersenyum memandangi pelangi itu.
Sehabis pulang sekolah Shilla dan Ozy datang menemui Alvin dan Sivia. Shilla telah megetahui kebohongan Ozy dari Ify. Shilla menasehati Ozy agar dia mau mengubah sikapnya kepada teman-temannya. Akhirnya Ozy sadar akan kesalahannya selama ini dan segera meminta maaf kepada teman-temannya bukan hanya kepada Alvin, begitupun Shilla yagn menyesal mempermainkan perasaan Alvin.
Kini hari-hari mereka penuh warna warni layaknya sebuah pelangi yang menghiasi langit.
##Life full of colour like a rainbow##
Kehidupan itu penuh dengan cerita, penuh dengan warna selayaknya pelangi yang selalu datang seusai hujan. Pelangi yang memberikan warna warni di langit, pelangi yang selalu dinanti oleh orang-orang yang mengaguminya.
“ehm… pagi yang indah ditemani dengan pelangi yang cantik” ujar seorang gadis sambil tersenyum memandangi pelangi yang berada diluar jendela kamarnya.
Sivia segera menyiapkan perlengkapan sekolahnya dan langsung menuju ruang makan. Diruang makan tampak seorang anak lelaki yang sedang lahap memakan rotinya.
“Alvin tumben pagi pagi udah kesini ada perlu apa?”ujar Sivia.
“aku mau ngajakin kamu pergi bareng kesekolah ” ujar Alvin.
“oh, ya udah habisin dulu rotinya baru berangkat kesekolah” ujar Sivia.
“ok” ujar Alvin.
Sivia dan Alvin sudah bersahabat sejak kecil, rumah Alvin tepat berada di samping rumah Sivia, sehingga mereka sering menghabiskan waktu bersama.
5 menit berlalu, Sivia dan Alvin telah selesai sarapan. Alvin segera menghidupkan motornya.
“oh, ini motor yang kamu bilang kemarin?” ujar Sivia berjalan mengelilingi motor yang ada di depannya.
“gimana? Keren kan? Pasti Ozy dan genknya nggak akan menyombongkan motor barunya lagi, karna motor ku ini lebih keren dibanding motor mereka.” Ujar Alvin yang teringat kesombongan Ozy kepada teman teman satu sekolahnya.
“ya sudah Vin, orang kayak Ozy jangan di tanggepin. Biarin dia mau bilang apa.”
“ok bos. yuk berangkat ntar keburu macet” ujar Alvin yang segera menaiki motornya.
Perlu 15 menit dari rumah mereka menuju sekolah, dan ditambah macetnya Jakarta. Teriknya matahari tak menghalangi kedua anak ini untuk pergi ke sekolah. Untungnya mereka pergi menaiki sepeda motor kalau menggunakan mobil pasti akan lebih lama lagi untuk sampai ke sekolah. Dari kejauhan tampak gerbang sekolah yang tinggi menjulang di tambah anak-anak yang berbondong-bondong masuk ke dalam sekolah itu.
Alvin segera meletakkan motornya di tempat parkir. Tanpa Alvin sadari Ozy memandangi motor Alvin Muncul niat buruk Ozy untuk mengerjai Alvin, dan kebetulan pacar Ozy hari ini pindah ke sekolah yang sama dengan Ozy sehingga cara Ozy untuk mengerjai Alvin semakin mudah.
Bel masuk pun berbunyi, semua anak berlarian menuju kelasnya masing masing. Di kelas X. 4 datang seorang wanita ditemani seorang anak perempuan.
“Good morning class, today we have a new student from Yogyakarta. Ok girl can you introduce your self.” Ujar Miss Winda kepada anak perempuan itu.
“hello guys, my name is Ashilla Zahrantiara. You can call me Shilla. I come from Binus School. I live on Kamboja street no. 9 in Jakarta. Ok, I hope we can be friendship.” Ujar Shilla dengan fasihnya berbicara bahasa Inggris.
“ok, Shilla you can sitdown beside Alvin.” Ujar Miss Winda yang melihat bangku di samping Alvin kosong karena Irsyad tidak masuk hari ini.
“thanks miss” ujar Shilla sambil tersenyum.
Selama pelajaran bahasa Inggris Alvin hanya memandangi wajah Shilla, dia sama sekali tak memperhatikan Miss Winda mengajar. Sementara itu Sivia merasa risih dengan perlakuan Alvin. 1 jam pun berlalu begitu cepat, tak cukup 1 jam bagi Alvin untuk melihat senyum manis yang terukir indah di wajah gadis itu.
“ok class I give you home work for Friday, you can do exercise 8. ok thanks for your attention, see you next time.” Ujar Miss Winda kemudian meninggalkan kelas.
“Shilla mau ikut ke kantin?” ujar Alvin ramah.
“Ehm, boleh.” Ujar Shilla sambil tersenyum manis kepada Alvin.
“Vin, kayaknya aku nyusul aja ya. Aku mau ke perpus dulu” ujar Sivia sambil berjalan meninggalkan Alvin dan Shilla.
“Ok Vi.” Ujar Alvin.
“Cewek tadi siapa Vin?” ujar Shilla ramah.
“Itu Sivia sahabat aku. Yuk buruan, ntar rame nggak dapet tempat duduk” ujar Alvin.
Seperti dugaan Alvin, kantin sangat ramai di padati siswa siswi Global Islamic School. Untungnya Cakka dan Debo telah selesai makan, sehingga Alvin dan Shilla bisa duduk disana walau hanya 2 bangku di sudut kantin. Sementara itu Sivia hanya duduk di sebuah bangku taman. Sivia mengurungkan niatnya untuk pergi ke perpustakaan dan lebih memilih pergi ke Secret Garden, sebuah taman kecil yang berada di belakang sekolahnya. Tiba-tiba gerimis datang seakan-akan melukiskan perasaan Sivia saat ini. Entah mengapa Sivia kini merasa risih dengan perlakuan Alvin. Tetesan air hujan membasahi wajah Sivia, tapi dia tidak beranjak sama sekali dari tempat duduknya. Tiba tiba ada seseorang lelaki yang duduk disampingnya.
“kemana bodyguard mu?” ujar Gabriel.
“body guard yang mana kak?” ujar Sivia heran.
“itu loh yang selalu sama kamu kemana mana itu?” ujar Gabriel.
“oh Alvin maksud kakak? Alvin lagi sama Shilla di kantin.” Ujar Sivia.
“siapa Shilla? kenapa kamu nggak ikut?” tanya Gabriel lagi.
“Shilla itu anak baru di kelas kami. Lagian aku lagi pengen sendiri kak” ujar Sivia.
“nggak lagi marahan kan? Atau cemburu gitu karna body guard nya punya bos baru?” ujar Gabriel.
“nggak kok kak, aku lagi nggak laper” ujar Sivia.
“ya udah kakak duluan ya Siv” ujar Gabriel kemudian meniggalkan Sivia sendirian disana.
“iya kak” ujar Sivia ramah.
Gerimis pun berhenti tiba tiba datang sebuah pelangi yang cantik menghiasi langit yang kini tampak cerah.
“doooor” teriak seorang anak laki laki dari belakang Sivia.
“Alvin” ujar Sivia kesal.
“eits jangan marah dong.” ujar Alvin yang kini duduk di samping Sivia.
“Vin” ujar Sivia.
“apa” jawab Alvin.
“kalo kamu udah deket sama Shilla jangan ninggalin aku sendirian ya” ujar Sivia.
“kok kamu mikir begitu Vi? kamu itu sahabat aku dari kecil, masa’ gara gara Shilla kita jauhan.” Ujar Alvin yang kini melihat raut kesedihan diwajah sahabatnya.
“janji ya vin” ujar Sivia.
“iya, aku janji demi Secret Garden ini” ujar Alvin yang mencoba meyakinkan sahabatnya.
“inget nggak Vin pertama kali kita ngasih nama tempat ini Secret Garden?” ujar Sivia.
“inget dong, kan waktu mos kita ngumpet di sini untuk ngindarin tugas dari kak Gabriel, gara-gara kejadian itu sekarang kak Gabriel yang sering kesini.” Ujar Alvin sambil tersenyum mengingat kejadian waktu itu, waktu pertama kali dia dan Sivia kena hukum.
“syukur deh kamu masih inget.” Ujar Sivia.
Bel masuk pun berbunyi semua anak memasuki ruang kelas masing masing. Sekarang waktunya pelajaran yang paling dibenci Alvin, yaitu Sosiologi.
“kenapa sih haruss ada pelajaran yagn membosankan ini” ujar Alvin.
“sosiologi itu sebenernya menyenangkan loh Vin, coba deh kamu perhatiin waktu gurunya menerangkan pasti kamu mudah mengerti” ujar Shilla.
“aku usahin deh” ujar Alvin.
1 jam kemudian bel berbunyi yagn menandakan waktu pelajaran sosiologi telah usai. Alvin sudah berusaha untuk menyukai pelajaran yang terkesan membosankan baginya itu, tapi tetap saja dia tidak bisa.
“Gimana Vin, udah mulai bisa suka pelajaran Sosiologi?” ujar Shilla.
“ehm, kayak nya udah deh Shil, makasih ya sarannya.” Ujar Alvin berbohong kepada Shilla.
“Vin, Shil, aku duluan ya, aku udah di jemput papa.” Ujar Sivia yang langsung meninggalkan kelas.
“hati-hati ya Vi” sahut Alvin sambil melambaikan tangan.
“Shil, mau aku anter pulang?” tanya Alvin.
“ehm, nggak usah deh Vin, aku udah ditunggu orang di luar.” Jawab Shilla.
“ya udah aku duluan ya” ujar Alvin.
Hari hari berjalan begitu hampa bagi Sivia, kini Alvin lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Shilla. Sivia merindukan saat-saat ia bermain bersama Alvin di balkon rumanhya, belajar bersama, bahkan mengganggu Patton adik Alvin. Setiap hari Sivia hanya melamun. Rio dan Ify yang tak tega melihat Sivia seperti itu terus mencoba menghibur Sivia, mencoba untuk berteman baik dengan Sivia. Walau terkesan berbeda dengan Alvin yang selalu bercanda, tapi Rio dan Ify selalu berusaha untuk meyakinkan Sivia bahwa ia tak sendiri, dia masih punya banyak teman seperti Ify dan Rio yang akan selalu ada untuknya.
Pada saat jam istirahat Sivia memutuskan untuk ke Secret Garden sendirian, tanpa Sivia sadari Ify mengikutinya dari belakang.
“ kenapa ya kok Alvin sekarang udah berubah, udah jarang main bareng aku lagi. Aku Cuma ingin Alvin nggak ninggalin aku, nggak sibuk dengan urusan pribadinya. Mungkin aku terlalu egois, seharusnya aku senang melihat Alvin dekat dengan Shilla. Tapi mungkin setelah Alvin menyatakan perasaannya kepadanya Shilla nanti siang Alvin bakalan berubah seperti dulu” Ujar Sivia sambil memandangi pelangi yang mulai menampakkan warna warninya di atas langit.
“nggak Vi, kamu nggak salah. Alvin emang bener bener berubah. Kamu tau Shilla itu siapa?” ujar Ify.
“sejak kapan kamu di sana? Emang kamu tau apa tentang Shilla?” ujar Sivia.
“Maaf kalo aku terlalu ikut campur urusan kalian, sebenernya aku tau ini kemarin sewaktu pulang sekolah, tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan Ozy sama seorang cewek,dan sewaktu aku melihatnya ternyata itu Shilla. Ozy menyuruh Shilla untuk mempermainkan perasaan Alvin, awalnya Shilla nggak mau tapi, Ozy ngomongin Alvin yang bukan bukan dan akhirnya Shilla mau menuruti perkataan Ozy” ujar Ify
“gawat Fy, pulang sekolah nanti Alvin mau nyatain perasaannya buat Shilla. Ayo Fy, sekarang kita nemuin Alvin.” Ujar Sivia yang langsung menarik tangan Ify dan berlari menuju kelasnya.
Dikelas tampak Alvin yang sedang duduk lemas memandangi coklat yang ada di tangannya dengan raut wajah yang tampak kecewa. “Alvin, aku mau ngomong, kita ke Secret Garden yuk” ujar Sivia ramah.
“ya udah” ujar Alvin
Akhirnya mereka menuju secret garden berdua tanpa Ify, karna Ify menghilang entah kemana.
“Vin, sebenernya Shilla itu udah punya pacar.” Ujar Sivia dengan hati hati takut menyinggung perasaan sahabatnya itu.
“aku udah tau kok Vi.” Ujar Alvin .
“kamu tau dari mana?” tanya Sivia.
“aku tau dari Rio, awalnya aku nggak percaya tapi, sewaktu aku menghubungkan kejadian kejadian yang menurutku aneh semua itu meyakinkan aku.” Ujar Alvin,
“aneh gimana?” ujar Sivia heran.
“aku sering banget liat Shilla ngobrol sembunyi sembunyi dengan Ozy, terus yang anehnya Shilla selalu menghalangi aku untuk bertemu kamu. Shilla bilang kamu nyuruh dia untuk nemenin aku ke toko buku setiap hari Minggu. Menurut aku, kamu nggak mungkin langsung ngomong ke dia. Pasti kamu ngomong dulu ke aku. Tapi sewaktu aku mau confirm ke kamu, shilla selalu menghalangi aku buat nelfon atau sekedar sms kamu. Aku minta maaf banget Vi sama kamu atas keegoisan aku dan janji aku yang aku ingkari sama kamu. Seharusnya aku ngasih coklat ini untuk kamu Vi , sahabat yang nggak mungkin ninggalin aku. Kamu nggak akan terganti Vi, maafin aku. You’re my bestfriend who ever I have.” Ujar Alvin.
“sekarang kalian nggak hanya berdua kalian sekarang punya kita berdua yang akan selalu ada buat kalian” ujar Ify.
“iya Fy, aku juga seneng skarang aku bukan hanya punya 1 sahabat tapi 3 sahabat sekaligus” ujar Sivia.
“iya aku juga, maafin aku ya temen temen.” Ujar Alvin.
“ok” ujar Ify dan Rio bersamaan.
“eh, liat deh pelangi itu, warnanya bagus banget.” Ujar Rio sambil menunjuk sebuah pelangi yang tampak terang melukiskan warna indahnya di langit biru.
“iya, indah banget dan aku harap pelangi itu akan seindah persahabatan kita yagn akan indah sampai kapan pun.” ujar Alvin sambil tersenyum memandangi pelangi itu.
Sehabis pulang sekolah Shilla dan Ozy datang menemui Alvin dan Sivia. Shilla telah megetahui kebohongan Ozy dari Ify. Shilla menasehati Ozy agar dia mau mengubah sikapnya kepada teman-temannya. Akhirnya Ozy sadar akan kesalahannya selama ini dan segera meminta maaf kepada teman-temannya bukan hanya kepada Alvin, begitupun Shilla yagn menyesal mempermainkan perasaan Alvin.
Kini hari-hari mereka penuh warna warni layaknya sebuah pelangi yang menghiasi langit.
##Life full of colour like a rainbow##
Langganan:
Postingan (Atom)