Minggu, 21 Agustus 2011

Untittle

Matanya menatap ke arahku, ada perasaan ngeri seketika dari benakku. Tak lama setelah itu pamanku datang, dan tatapan itu musnah sudah. Syukurlah. "Sudah lama?" tanya paman singkat kepadaku.
"ah tidak paman baru 20 menit" ujarku sedikit berbohong meski demikian ekspresi wajahku yang sedang ketakutan tak bisa disembunyikan.
"Kamu kenapa kok kayak orang ketakutan begitu?" yapps akhirnya ketahuan.
"ah enggak kok , nggak kenapa napa. Syifa cuma mau ngembaliin uang yang dipinjem ayah bulan lalu. Kata ayah maaf baru bisa dikembaliin sekarang." Ujarku sambil menghela napas sambil menyerahkan amplop putih yang berisi lembaran uang ratusan di atas meja.
"Santai aja, paman lagi nggak butuh uangnya. Kamu kan bentar lagi mau masuk kuliah sebaiknya uang ini kamu simpan saja."  Paman menyerahkan amplop itu ke arah ku.
Begitu baiknya paman, tapi .. ku lihat ke arah bibi Rasti. Matanya menatapku tajam kembali.
lantas aku mengembalikan lagi amplop tersebut.
"Ah tidak usah paman, kata ayah uang ini harus dikembalikan. Kalau begitu Syifa pamit dulu ya paman , bibi." Ku berikan senyum setengah memaksa kearah paman dan bibi.
Aku tak menyangka pamanku yang sangat baik hatinya bisa mendapatkan seorang istri yang menurutku menakutkan.

***

2 minggu kemudian....

Paman Albert dan Bibi Rasti memang sudah merencanakan hal ini jauh hari. Pada hari libur sekolah mereka berdua memutuskan untuk pergi berdua ke Puncak. Kakek dan Nenek akan tinggal di rumahku selama mereka pergi.
"Pak Bu saya dan Rasti pergi dulu ya. Jaga diri baik baik, kalau perlu sesuatu minta saja sama kak Alfa dan ka Alya." Paman segera mencium kedua tangan orang tuanya.
Sedangkan sang istri hanya bersalaman tanpa mengucapkan satu kata pun, dan segera memasuki mobil mewahnya yang baru dibeli paman 1 minggu yang lalu. Dan aku yakin itu semua permintaan bibi Rasti.
"Bunda, makin hari bibi semakin menakutkan" Bisikku kepada bunda.
"hustt, jangan begitu sayang."Bunda melirikku.
tapi, tak bisa dipungkiri ada sebersik senyum terukir diwajah bunda.


Pada sore harinya kebiasaan ayah menonton berita di tv, kali ini ayah sudah ada temannya 'Kakek'  sedangkan aku masih berkutat dengan duniaku"Novel".
"Bunda , Syifa, Ibu, cepat kemari." ayah berteriak dari ruang keluarga.
Aku dan yang lain pun segera menuju ke sumber suara.
"Ada apa yah. kenapa teriak teriak?" Ibu bertanya cemas.
"Itu berita tentang kecelakaan di jalan menuju ke Puncak dan semestinya Albert dan Rasti sudah sampai di sana."

0 komentar:

Posting Komentar